13 Mei 2010

Mengantar Anak ke Puncak Kecerdasan

Bagaimana bayangan Anda terhadap anak-anak cerdas dan genius? Apakah Anda mengira anak-anak itu secara genetik sudah berotak encer dan tidak perlu diajari lagi?

Generasi unggul tidak tumbuh dengan sendirinya. Laju tumbuh kembang dan tingkat inteligensia seorang anak sebenarnya tidak dipengaruhi oleh faktor keturunan saja. Ada tiga faktor yang saling memengaruhi, yaitu genetik atau keturunan, faktor lingkungan, dan faktor gizi.

Faktor genetik, meski tidak bisa kita ubah, hanya berkontribusi sekitar 30 persen saja. Sisanya, faktor gizi dan lingkungan (pengasuhan dan stimulasi), bisa dirangsang sebelum dan sesudah si kecil lahir.

Para ahli menemukan bahwa 20 persen tingkat kecerdasan terbentuk di dalam kandungan. Menurut dr Koesnadi Rusmil SpA (K), sel-sel otak janin terbentuk sejak usia tiga bulan dalam kandungan dan berlanjut sampai anak berusia tiga hingga lima tahun. Jumlah sel otak tumbuh mencapai miliaran, tetapi belum ada hubungan antarsel. Kualitas dan kompleksitas rangkaian hubungan antarsel otak ditentukan stimulasi lingkungan.

Tidak pernah ada kata terlalu awal untuk mulai memberikan stimulasi. "Sejak dalam kandungan, bayi sudah bisa distimulasi dengan cara mengajaknya berkomunikasi, menyentuh perut, mendengarkan musik" kata dr Koesnadi, ahli tumbuh kembang anak dari Rumah Sakit Hasan Sadikin, Bandung, dalam acara media workshop yang diadakan oleh Frisian Flag di Jakarta beberapa waktu lalu.

Setelah lahir, stimulasi harus terus dilakukan untuk meningkatkan koneksi otaknya. Stimulasi pada usia dini bisa dilakukan dalam kegiatan sehari-hari, seperti saat menyusui, menggendong, memandikan, atau memakaikan baju. Stimulasi pada bayi berusia kurang dari tiga bulan dilakukan dengan mengupayakan rasa aman dan nyaman, misalnya dengan memeluk, menatap mata, atau mengajak berbicara.

Para pakar perkembangan anak menegaskan bahwa lingkungan merupakan salah satu elemen penting untuk kecerdasan bayi. Bayi yang dibesarkan di lingkungan yang penuh kasih sayang dan aman akan memiliki emosi yang baik. Sebuah studi menemukan bahwa anak yang mengalami masalah dalam kehidupan awalnya memiliki otak yang ukurannya 30 persen lebih kecil daripada anak yang normal.

"Stimulasi harus diberikan dalam suasana menyenangkan dan penuh kasih sayang. Orangtua juga harus peka terhadap kebutuhan anak," kata psikolog anak, Efriyani Djuwita MSi. Ini berarti orangtua memerhatikan minat, keinginan, atau pendapat anak. "Tiap anak adalah unik dan memiliki perbedaan individual. Orangtua sebaiknya menyesuaikan," tambah psikolog yang akrab disapa Ita ini.

Pemberian stimulasi hendaknya juga memerhatikan waktu. "Ada critical atau sensitive periode di mana rangsangan akan lebih mudah diserap atau diterima anak. Intinya sesuaikan dengan perkembangan yang sudah dikuasai anak, misalnya sebelum mengajarkan menulis, ajari dulu anak cara memegang pensil," imbuhnya. Orangtua juga jangan memaksakan kehendak jika anak sedang mengantuk, bosan, atau ingin melakukan permainan yang lain.

Menurut dr Koesnadi, agar stimulasi yang diberikan lebih optimal, stimulasi harus diberikan bertahap, dalam berbagai variasi dan berulang-ulang. Sel-sel saraf dalam otak merupakan suatu jaringan sel yang berfungsi sebagai "kabel telepon" yang secara teratur akan saling mengirimkan gelombang elektronik berupa sinyal atau "pesan".

Aktivitas listrik yang terjadi secara berulang-ulang atau kontinu pada sel-sel otak si kecil inilah yang akan mampu mengubah struktur fisik otak secara luar biasa sehingga menghasilkan kemampuan-kemampuan baru sebagai proses perkembangan fungsi otak. Semakin sering otak menerima "data", semakin sering pula suatu kemampuan diasah sehingga mencapai tahap "mahir" atau piawai.

Stimulai yang bervariasi dalam suasana yang menyenangkan tidak hanya memacu berbagai aspek kecerdasan anak, tetapi juga membuat anak bahagia. Itu sebabnya, Ita menekankan relasi yang dekat antara orangtua dan anak. Jika orangtua sama-sama sibuk bekerja di luar rumah, perlu diperhatikan waktu yang berkualitas (quality time). Misalnya memanfaatkan waktu makan bersama untuk mengenalkan aneka ragam makanan, membacakan buku cerita sambil menemani anak minum susu, atau berolahraga dan mengenal alam pada akhir pekan.

"Orangtua harus menciptakan rasa aman dan mendorong keberanian anak berkreasi. Berikan pujian atas keberhasilan anak berperilaku baik dan berikan koreksi bila anak membuat kesalahan," urai Ita.

Kebutuhan nutrisi

Selain stimulasi dini, agar tumbuh kembang optimal, kebutuhan nutrisi anak juga harus dipenuhi sejak dalam kandungan. Kebutuhan nutrisi termasuk pemberian air susu ibu (ASI) dan makanan pendamping ASI yang sehat dan bergizi. Untuk membantu perkembangan otak bayi, anak butuh nutrisi yang cukup berupa protein, energi, serta asam lemak esensial seperti AA, DHA, asam amino esensial, serta mineral.

Di otak, DHA adalah membran yang paling penting berkaitan dengan fungsi sambungan antar sel-sel saraf. Sementara asam amino esensial dibutuhkan karena tubuh bayi tidak dapat memproduksinya. Asam amino esensial, seperti tirosin dan triptofan, bersama-sama dengan mineral dan kolin akan membuat kinerja otak lebih baik lagi untuk tumbuh kembang optimal.

Selain kualitas, kuantitas makanan bayi juga perlu diperhatikan. Hendaknya nutrisi makro dan mikro diberikan dalam jumlah yang sesuai dengan angka kecukupan gizi (AKG). Hal ini bisa dipenuhi dari tiga kali makan utama, dua kali makanan selingan (snack), dan dua gelas susu setiap hari.

Sumber: kompas.com

Penyebab Gemuk yang Tak Terduga

Kelebihan kalori bukan satu-satunya penyebab berat badan terus bertambah. Ada banyak faktor tak terduga lain yang membuat target mendapatkan berat badan proporsional lebih sulit tercapai.

1. Kurang tidur
Ada dua hal yang berkaitan dengan tidur dan kegemukan. Pertama, makin sering Anda begadang makin mungkin Anda ngemil di malam hari yang berakibat pada ekstra kalori yang diasup. Hal kedua adalah yang berkaitan dengan zat kimia dalam tubuh. Saat kita begadang, hormon yang memicu nafsu makan akan dikeluarkan, akibatnya kita akan merasa kelaparan saat bangun tidur. Hormon ini juga membuat perut tidak pernah merasa kenyang.

2.Stres
Saat kita didera berbagai persoalan dan kesibukan, tubuh akan beradaptasi dengan cara mengeluarkan hormon kortisol atau hormon stres. Hormon ini bisa meningkatkan nafsu makan sehingga tak heran bila saat dikejar deadline atau sedang stres, kita akan mengasup lebih banyak makanan.

3. Obat-obatan
Obat antidepresan adalah salah satu jenis obat yang bisa meningkatkan berat badan, terutama jika diminum dalam jangka panjang. Obat lain yang perlu diwaspadai adalah obat untuk gangguan mental, obat hipertensi, obat migren, dan diabetes.

4. Hipertiroid
Bila kelenjar tiroid (berada di sekitar leher, berbentuk seperti kupu-kupu) tidak mampu memproduksi hormon tiroid dengan cukup, kita akan merasakan gejala mudah lelah, lemas, dan berat badan naik. Bila tubuh kekurangan tiroid, metabolisme akan berjalan lambat sehingga tubuh menjadi gemuk.

5. Hobi minuman manis
Meski masih diperdebatkan para ahli, nyatanya kasus obesitas di Amerika terus meningkat seiring dengan makin populernya minuman manis dalam kemasan. Selain rasa manis dan kalori berlebih, gula tidak memberi manfaat apa pun. Karena itu, batasi konsumsi minuman manis, termasuk softdrink dan belajarlah mengonsumsi air putih setiap hari.

Sumber: kompas.com

1 Mei 2010

Tepuk Tangan Tingkatkan Kecerdasan Anak

'Kalau kau suka hati tepuk tangan... prok...prok' begitulah kadang-kadang gaya guru TK mengajarkan muridnya bermain sambil belajar. Selain menyenangkan, tepuk tangan juga bisa meningkatkan keterampilan motorik dan kognitif (kecerdasan) anak.

Peneliti dari Ben-Gurion University of the Negev (BGU) melakukan studi pertama kali mengenai manfaat lagu yang dinyanyikan sambil bertepuk tangan.

Hasilnya, menunjukkan adanya hubungan langsung dengan peningkatan aktivitas dan keterampilan perkembangan yang penting pada anak-anak, remaja hingga mahasiswa perguruan tinggi.

"Kami menemukan bahwa anak-anak kelas satu, dua dan tiga sekolah dasar yang menyanyikan lagu ini sambil bertepuk tangan menunjukkan kemampuan yang lebih dibandingkan dengan anak-anak yang tidak ikut berpartisipasi dalam kegiatan ini," ujar Dr Idit Sulkin, anggota dari BGU's Music Science Lab in the Department of the Arts, seperti dikutip dari Sciencedaily, Sabtu (1/5/2010).

Peneliti juga menemukan tepuk tangan dapat membantu melatih keterampilan motorik anak sehingga dapat menghasilkan tulisan tangan yang rapi, menulis dengan lebih baik serta sedikit membuat kesalahan ejaan.

Dr Warren Brodsky, seorang psikolog musik yang mengawasi disertasi doktor ini mengungkapkan kegiatan tepuk tangan dapat melatih otak dan mempengaruhi perkembangan daerah otak yang lainnya.

Manfaat lainnya adalah anak-anak diajarkan melatih integritas sosialnya dengan teman-teman yang lain, sehingga kemampuan sosialisasinya lebih baik.

Dalam studi ini, Dr Sulkin dan tim pergi ke beberapa kelas sekolah dasar dan memberikan pelatihan lagu sambil bertepuk tangan. Hal ini dilakukannya selama periode waktu 10 minggu.

Selama penelitian, Dr Sulkin turut bergabung dengan anak-anak untuk bernyanyi. Hal ini untuk melihat apakah anak-anak merasa terhibur dan terpesona dalam menyanyikan lagu sambil bertepuk tangan. Kegiatan ini ternyata menjadi salah satu hiburan bagi anak-anak sekolah dasar.

"Dalam waktu yang singkat tersebut, anak-anak memiliki kemampuan kognitif yang baik serta membantu kemampuan motoriknya dalam melakukan aktivitas. Karena itu sebaiknya hal ini masuk dalam pendidikan untuk anak usia 6-10 tahun dengan tujuan meningkatkan kemampuan motorik dan kognitifnya," ujar Dr Sulkin.

Dr Sulkin menambahkan lagu anak-anak yang dinyanyikan sambil bertepuk tangan ini biasanya dibawakan oleh anak-anak hingga usianya 10 tahun.

Jika diamati, maka kegiatan ini sangat berfungsi sebagai acuan untuk mengembangkan dan meningkatkan kebutuhan emosional, fisiologis, sosiologis dan kognitif anak-anak hingga ke tahap pertumbuhan berikutnya.

Sumber: detikHealth

Priapism, Ereksi Terus Menerus

Priapism adalah gangguan pada alat kelamin pria yang ditandai dengan ereksi yang berlangsung terus menerus dan seringkali disertai rasa nyeri.

Priapism membutuhkan pertolongan medis segera. Keterlambatan tindakan medis dapat menyebabkan timbulnya jaringan parut (scar), sehingga mengganggu kemampuan ereksi dimasa mendatang. Jika cepat diobati, priapism biasanya akan sembuh tanpa efek sisa.

Gejala dan tanda priapism antara lain adalah :

1. Ereksi terus menerus selama sekurang-kurangnya empat sampai enam jam.
2. Ereksi tidak berhubungan dengan hasrat seksual, atau ereksi terus berlangsung walaupun stimulasi seksual atau orgasme telah berakhir.
3. Timbul nyeri selama ereksi.
4. Batang alat kelamin keras, tetapi ujungnya lunak.

Berbagai jenis obat dapat menjadi biang keladi timbulnya priapism. Obat-obat tersebut antara lain adalah :

* Obat minum untuk mengatasi disfungsi ereksi seperti sildenafil (Viagra) atau vardenafil (Levitra).
* Obat yang disuntikkan langsung ke alat kelamin seperti papaverin.
* Antidepresan seperti trazodon.
* Obat-obat untuk pengobatan gangguan jiwa (psikotik) seperti klorpromazin, risperidon, atau olanzapin.
* Anticemas seperti diazepam (Valium).
* Pengencer darah seperti heparin dan warfarin.
* Obat-obat penurun tekanan darah.

Selain obat-obatan, hal berikut dapat juga menyebabkan priapism.

* Cedera pada alat kelamin, paha, atau sumsum tulang belakang.
* Pembekuan darah
* Leukemia
* Peradangan pada saluran kencing (uretra)
* Tumor di daerah panggul
* Penyalahgunaan alkohol, kokain, atau mariyuana.
* Anemia sel sabit
* Penyakit Fabry, suatu gangguan metabolik dimana lemak tidak dicerna secara baik pada sistem pencernaan.
* Keracunan karbon monoksida

Prinsip pengobatan priapism adalah mengeluarkan darah yang terperangkap di dalam alat kelamin, yang menjadi penyebab ereksi berkepanjangan. Hal tersebut dapat dilakukan dengan cara :

1. Suntikan intrakavernosa dengan obat-obat simpatomimetik (epinefrin, norepinefrin, fenilefrin, efedrin, metaraminol). Tujuannya adalah menyempitkan ukuran pembuluh darah, sehingga darah yang masuk ke daerah alat kelamin berkurang, sedangkan darah yang keluar bertambah.
2. Penyedotan, yaitu menyedot darah yang ada dalam alat kelamin, tentunya setelah diberi anestesi lokal. Penyedotan biasanya dilakukan bersama-sama dengan tindakan suntikan intrakavernosa.
3. Pembedahan. Jika terapi di atas tidak berhasil, dapat dilakukan pembedahan. Pembedahan paling cocok untuk priapism yang disebabkan oleh robeknya arteri alat kelamin.

Sumber: wartamedika.com

Rokok Percepat Kerusakan DNA

Anda pasti sudah tahu dampak negatif dari merokok. Hal lain yang mungkin Anda belum tahu adalah dengan 15 batang rokok memicu satu kali mutasi gen pada DNA (Deoxyribose Nucleic Acid) seseorang. Hal itu menurut penelitian genetik yang dilakukan pada pasien kanker paru-paru.

Tim peneliti Inggris yang berasal dari Wellcome Trust Sanger Institute di Cambridgeshire, Inggris melakukan proyek internasional untuk meneliti tanda-tanda kerusakan yang disebbakan oleh rokok. Mereka mengidentifikasi 23.000 mutasi yang diperkirakan merupakan kerusakan yang diakibatkan zat kimia pada rokok.

Seluruh pasien kanker yang diteliti semuanya mengalami kesalahan dalam kode genetiknya (DNA) dan hal itu karena terjadi mutasi gen yang berkali-kali. Kombinasi mutasi gen dan kerusakan DNA ini menyebabkan penyakit baik tumor ataupun kanker.

Jadi, bisa Anda bayangkan jika seseorang yang merokok selama hidupnya. Bisa terjadi puluhan atau bahkan ratusan kali terjadi mutasi gen dan risiko terkena kanker pun semakin besar.

“Mutasi DNA bisa disebabkan banyak hal salah satunya adalah rokok. Zat pada rokok bisa menyebabkan pertumbuhan sel tidak terkontrol atau tidak semestinya. Hal itulah yang menjadi pemicu kanker,” kata dr. Andy Futreal, dari Wellcome Trust, seperti vivanews kutip dari Daily Mail.

Minimalkan kerusakan DNA Anda atau orang-orang tersayang dengan menghindari rokok. Mungkin saat ini tidak terjadi masalah pada kesehatan tetapi pada lima atau sepuluh tahun mendatang, bisa saja kerusakan DNA semakin banyak dan memicu penyakit kanker.

Sumber: vivanews

Berlari Telanjang Kaki Lebih Sehat

Dewasa ini banyak orang berpikir bahwa berlari dengan kaki telanjang sangat menyakitkan. Namun hasil studi dari sejumlah peneliti dari Harvard University menyimpulkan bahwa berlari dengan telanjang kaki ternyata lebih bermanfaat untuk tubuh dan memperendah resiko terjadinya cedera. Demikian dilaporkan oleh jurnal Nature.

Kesimpulan tersebut diambil setelah mereka melakukan pengamatan terhadap dua kelompok pelari, yakni mahasiswa dari Amerika Serikat dan Kenya. Kedua kelompok pelari ini diminta berlari minimal 20 Km setiap minggu. Ada perbedaan yang cukup mencolok di antara kedua kelompok ini, kelompok dari AS terbiasa menggunakan sepatu hampir di setiap saat dan jarang bertelanjang kaki. Sedangkan pelari dari Kenya terbiasa bertelanjang kaki.

Para peneliti mendapati bahwa saat orang berlari dengan berbagai variasi, pelari yang tak memakai alas kaki cenderung menggunakan seluruh kakinya atau saat menjejakkan kaki bagian yang lebih dulu menyentuh tanah adalah bagian telapak, baru tumit. Sebaliknya dengan pelari yang memakai sepatu, 75 persen mendaratkan tumit mereka terlebih dahulu. Cara ini lebih berisiko menimbulkan cedera.

Pelari yang lari tanpa alas kaki cenderung menghindari mendaratkan tumit terlebih dahulu karena bila dilakukan berulang-ulang bisa membuat kaki sakit. Sedangkan sepatu menawarkan kenyamanan sehingga mereka tak lagi mendaratkan bagian kaki depannya. Lalu, apakah kita harus mulai menanggalkan sepatu? Tidak juga ternyata. Namun para peneliti menyarankan agar kita secara perlahan mulai belajar untuk mendaratkan bagian tengah telapak kaki saat berlari.

Sumber : kompas.com