24 Mei 2011

Perangi Bau Mulut dengan Makanan

Bau napas yang tidak sedap bisa dipicu oleh berbagai faktor, salah satunya dari makanan. Makanan tak hanya bisa menyebabkan bau mulut, tetapi juga bisa membantu menghilangkan bau tersebut. Makanan apa saja yang bisa memerangi bau mulut?

Bau mulut atau halitosis, disebabkan oleh berbagai alasan antara lain makan makanan tertentu, merokok, penyakit gusi, mulut kering dan bakteri mulut. Selain menyikat gigi dan mengunjungi dokter gigi secara teratur, ada makanan yang dapat Anda makan untuk memerangi bau mulut.

Berikut beberapa makanan penghilang bau mulut, seperti dilansir Livestrong, Selasa (24/5/2011):

1. Apel
Apel adalah salah satu makanan terbaik yang dapat memerangi bau mulut. Tekstur apel yang keras membantu menghilangkan kehilangan plak di gigi. Karena mulut kering menyebabkan bau mulut, air dari buah apel juga membantu memerangi masalah ini. Apel dapat memberikan kebutuhan kelembaban mulut untuk menghilangkan bakteri.

2. Peterseli
Bumbu dan rempah-rempah juga bisa menjadi alternatif untuk menghilangkan bau mulut. Peterseli adalah ramuan hebat yang tidak hanya menyingkirkan bau mulut, tetapi juga membuatnya aromanya menjadi lebih baik. Pererseli telah digunakan selama berabad-abad terutama karena mengandung klorofil, yaitu yang berperan sebagai penyegar napas.

3. Yogurt
Produk susu tertentu dapat memberikan bantuan untuk menghilangkan bau mulut. Konsumsi harian yoghurt secara drastis dapat mencegah dan mengurangi halitosis.

Dalam studi yang disampaikan kepada International Association for Dental Research, Dr Kenichi Hojo dan tim peneliti Jepang menemukan bahwa yoghurt tanpa gula dapat mengurangi senyawa berbau busuk yang menyebabkan bau mulut.

4. Stroberi
Stroberi adalah buah lain yang dapat menjadi solusi untuk bau mulut. Stroberi tidak hanya mencegah mulut kering, tetapi juga mengandung sejumlah besar vitamin C. Lingkungan tinggi vitamin C membuat sangat sulit bagi bakteri dan kuman untuk berkembang biak.

Makan stroberi dan makanan lain yang kaya vitamin C sangat mengurangi bau mulut. Selain itu, 2.000 sampai 6.000 mg vitamin C diminum setiap hari, membantu menyembuhkan penyakit mulut dan gusi.

sumber: detik health

20 Mei 2011

Posisi Tidur Mana Paling Sehat?

Tidur memang sangat penting artinya bagi kesehatan. Di antara kita sadar betul bahwa kesehatan dipengaruhi oleh dua faktor yang berkaitan dengan tidur yakni kualitas dan kuantitas.

Tetapi mungkin tak banyak yang sadar bahwa posisi tidur juga turut menentukan kesehatan. Menurut para ahli, sekitar 95 persen manusia selalu tidur dalam posisi yang sama setiap malam. Tak heran, bila dengan posisi tidur yang tak pernah berubah, seseorang dapat memiliki kecenderungan mengalami penyakit tertentu.

Berikut ini adalah plus minus beberapa posisi tidur bagi kesehatan menurut kajian para ahli :

Gambar: Posisi tidur dari kiri ke kanan : Recovery, Corps, Foetal, Spooning, Sunbather.

1. Posisi Recovery

Posisi ini disebut dengan posisi pemulihan karena lumrah digunakan dalam kondisi emergensi atau darurat medis. Menurut Professor Jim Horne dari Sleep Research Centre di Loughborough University, Inggris, posisi ini dapat membantu meringankan gangguan pencernaan terutama refluks zat asam (acid reflux) dan melegakan saluran pernafasan.

Kunci utama posisi ini adalah memiringkan tubuh ke sebelah kiri. Sebuah penelitian terhadap penderita heartburn (rasa panas di lambung atau dada) di Graduate Hospital, Philadelphia AS ditemukan bahwa tidur dengan posisi miring kanan membuat asam lambung menjadi lebih lambat mengalir ke esofagus, sehinga mereka yang tidurnya miring ke kanan lebih sering mangalami ketidaknyamanan.

Namun begitu, posisi ini dapat menimbulkan risiko lain, yakni memicu timbulnya keriput atau kerutan di kulit wajah karena salah satu bagian wajah mengalami tekanan.

2. Posisi The Corpse

Tidur pada posisi tengadah atau menempatkan bagian belakang tubuh sebagai tumpuan adalah pilihan yang baik bagi penderita arthtritis dan sakit punggung, kata Sammy Margo, psikoterapis dan penulis buku Good Sleep Guide. Hal ini karena beban atau bobot tubuh terbagi secara rata ke seluruh bagian tanpa memberi tekanan kepada salah satu daerah tubuh tertentu.

Tetapi, posisi ini juga dikenal efek buruknya karena pemicu utama mendengkur atau mengorok. Dr John Shneerson, direktur Sleep Centre di Papworth Hospital Cambridge menjelaskan, posisi ini akan membuat otot-otot rahang dan lidah menjadi rileks. Alhasil, rahang dan tenggorokan menjadi melemah dan terkulai karena pengaruh gravitasi. Kondisi ini membuat tenggorokan menyempit, menimbulkan turbulensi udara yang memicu vibrasi dan dengkuran.

Gangguan tidur serius seperti sleep apnea bisa muncul dari dengkuran ini. Tenggorokan bisa benar-benar tertutup sehingga bisa menghentikan aliran nafas selama sekitar 10 detik atau bahkan lebih.

"Riset menunjukkan bahwa mereka yang tidur pada posisi ini cenderung mengalami penurunan kadar oksigen dalam peredaran darah mereka, yang tentunya menjadi kekhawatiran bagi pasien yang mengidap sakit jantung dan paru-paru," ungkap Dr David Eccleston, dokter ahi masalah tidur dari Birmingham Inggris.

Mereka yang tidur pada posisi ini juga bernafas lebih cepat ketimbang yang tidur dengan posisi lainnya, sehingga jaringan tubuh mereka menjadi kekurangan oksigen (deoxygenated). Hal ini dapat memicu gangguan lainnya seperti asma dan penyakit jantung. Jika posisi ini adalah favorit Anda, pastikan kepala Anda ditopang oleh bantal yang nyaman, kata Dominic Cheetham, seorang chiropractor dari London. Minimnya penopang pada leher dan ruas tulang belakang bagian atas menyebabkan ketegangan pada otot leher dan bahu sehingga bisa memicu rasa sakit.

3. Posisi Foetal

Posisi tidur ini menyamping dengan lutut kaki yang naik atau ditekuk mendekati dada. Posisi ini dapat membantu mengatasi cedera dan sakit pada punggung.

"Selama seharian, tulang belakang dipengaruhi tekanan gravitasi yang membuat banyak tekanan pada diskus - bantalan tulang belakang. Selama tidur, tidak ada tekanan pada punggung. Air dalam tubuh tertarik pada diskus dan membantu pemulihan cedera," ungkap Sammy Margo.

Menurut Sammy, tidur pada posisi foetal adalah ideal karena ketika tubuh melengkung ke arah dalam akan membuka tulang belakang, menurunkan tekanan pada diskus dan meningkatkan pemulihan. Namun Sammy mengingatkan, penting untuk memastikan posisi leher sejajar dengan seluruh tubuh. Dengan kata lain, pastikan bantal tidak terlalu tinggi atau terlalu rendah, karena ini akan menimbulkan ketegangan pada otot dan saraf leher, yang berakibat rasa sakit kepala dan leher di pagi hari.

4. Posisi Spooning

Posisi tidur dengan memeluk pasangan ini dapat meningkatkan kekuatan hubungan, menurut riset yang dipublikasikan oleh ahli saraf dan psikolg Dr James Coan dari AS. Sentuhan fisik saat tidur dapat mengurangi stres baik pada wanita maupun pria. Namun begitu, posisi ini juga bisa membuat tubuh pegal-pegal dan memperburuk rasa sakit otot dan sendi.

"Penting untuk diingat bahwa tubuh Anda terus berubah selama bertahun-tahun. Posisi yang dulu dirasakan nyaman mungkin tidak akan berlaku lagi," papar Sammy.

Posisi tidur menyamping di mana pasangan menempel pada tubuh Anda - baik di depan atau belakang - bisa menyebabkan sakit punggung dan bahu. Sedangkan tidur dengan menindih tangan atau dada pasangan bisa membuat leher tidak sejajar dengan tulang belakang sehingga memicu sakit leher.

5. Posisi Sunbather

Tidur dengan posisi telungkup membantu Anda mencegah dengkuran karena otot tenggorokan tidak akan terkulai akibat pengaruh gravitasi. Namun bila Anda adalah orang yang sering menggertakan gigi saat tidur, posisi ini tidak direkomendasi. Menurut Dr Mani Bhardwaj, dokter gigi dari The Smile Studios di London, saat seseorang tidur dengan posisi telungkup posisi rahang bawah akan lebih maju ke depan dibandingkan posisi normal. Ini berarti bagi mereka yang suka menggertak-gertakan gigi akan timbul tekanan lebih besar pada bagian gigi bawah yang bisa berujung pada kerusakan signifikan.

Selain itu, posisi ini juga berpotensi menimbulkan gangguan saraf pada tubuh bagian atas. "Ketika Anda telungkup, terlalu banyak atau terlalu sedikit bantal memengaruhi posisi leher dan dan membuanya tidak sejajar dengan tulang belakang. Ini akan meningkatkan kemungkinan kompresi saraf, khususnya pada orang dengan usia lanjut," kata Dr Eccleston.

Anda juga harus memutar leher ke kiri atau ke kanan, yang menyebabkan ketegangan pada salah satu sisi. Kompresi saraf terjadi ketika ruas tulang-tulang belakang menekan saraf pada bagian leher. Risiko dari kondisi ini akan meningkat ketika tulang belakang mengalami arthritis seiring bertambahnya usia.

Dr Eccleston merekommendasikan penggunaan kasur berbahan busa latex atau kasur pegas karena jenis ini dapat menyesuaikan dengan bentuk tubuh Anda dan menyediakan perlidungan dan penopang cukup ideal bagi tulang belakang.

sumber: kompas

Salah Kaprah Suntik Vitamin C

Hampir setiap kaum hawa pasti mengidamkan kulit yang mulus, putih, dan bersih. Selain dapat mempercantik diri, memiliki kulit putih diyakini dapat menumbuhkan kepercayaan diri.

Alhasil, situasi ini membuat banyak perempuan melakukan berbagai cara untuk mendapatkan hasil maksimal, termasuk dengan cara instan. Salah satunya adalah dengan melakukan suntik putih atau injeksi menggunakan laroscorbine. Ini adalah obat yang berisi vitamin C dosis tinggi berupa asam askorbat dan ekstrak kolagen.

Penggunaan laroscorbine yang disinyalir untuk memutihkan kulit, menurut dr Ferdinand, Spesialis Bedah Plastik dari Eka Hospital, pada praktiknya banyak yang salah kaprah.

Pada banyak kasus, lanjut Ferdinand, demi cepat memperoleh hasil maksimal, pratik suntik putih tidak dilakukan sesuai dengan indikasi medis. Tidak jarang pasien yang beranggapan, semakin banyak disuntik, makin cepat memutih kulitnya.

Padahal, menurut Ferdinand, itu adalah salah satu bentuk penyalahgunaan. Apabila diteruskan, hal itu bisa berdampak buruk pada organ tubuh yang lain.

"Efeknya apa? Ginjalnya yang jebol. Akhirnya bermasalah lagi. Jadi, akhirnya jadi lingkaran setan," ungkapnya di Jakarta, Kamis, (19/5/2011) kemarin.

Ferdinand menjelaskan, laroscorbine adalah vitamin yang mempunyai efek terapitid. "Vitamin C itu hanya membantu supaya sel melanin tidak terlalu agresif membelah diri," kata Ferdinand.

Perlu diketahui, melanin merupakan butir-butir pigmen yang menentukan warna kulit (putih, coke-lat, atau hitam). Pada kulit gelap, kadar melanin lebih banyak dibandingkan dengan kulit kuning kecoklatan. Proses pembuatan melanin yang terbentuk dari tirosin dipengaruhi oleh enzim, vitamin, mineral, dan sebagainya.

Ferdinand menambahkan, ada batas-batas tertentu pemutihan tidak bisa berjalan lebih lanjut. Tingkat putih maksimal kulit seseorang biasanya bisa dilihat pada lengan atas bagian dalam.

"Dia maksimal putihnya segitu. Jadi, sangat konyol kalau ada yang berpikir suntik laroscorbine orang kulit sawo matang, hitam, mau jadi putih kaya putih cina. Enggak mungkin," katanya.

Praktik ilegal

Ferdinand juga membeberkan bahwa selama ini banyak pihak yang secara tidak bertanggung jawab mengambil untung dari ketidaktahuan masyarakat. "Larascorbine dan kawan-kawan itu harganya sangat murah. Anda bisa dapat dengan harga Rp 10.000. Tapi dijual sekali suntik itu harganya Rp 600.000. Bahkan, ada beberapa center itu harganya Rp 1 juta," ujarnya.

Lantaran dapat dijadikan lahan bisnis yang menguntungkan, tak jarang laroscorbine disalahgunakan oleh oknum, baik dari masyarakat maupun dari tenaga medis, yang tergiur pada pemikiran praktis ekonomis. Mereka berpraktik bukan lagi berdasarkan indikasi kedokteran.

Oleh karena itu, Ferdinand menganjurkan kepada masyarakat yang berkepentingan dengan masalah pada kulit untuk berkonsultasi kepada orang yang berkompeten, dalam hal ini dokter spesialis kulit.

"Mereka yang punya kompetensi untuk menjelaskan secara detail. Bukan orang yang ngaku-ngaku. Sekarang banyak orang yang ngaku-ngaku karena ini bisnis besar. Jadi, tolonglah bawa ke dokter yang kompeten," pungkasnya.

sumber: kompas

9 Mei 2011

Rajin Makan Tomat Efek Melindungi Kulitnya Seperti Pakai Tabir Surya

Manfaat tomat bagi kulit bukan hanya didapat dengan menggunakannya sebagai lulur atau masker. Dengan memakan 5-6 butir buah ini secara rutin, kulit juga akan semakin sehat dan terlindung dari bahaya sinar ultraviolet penyebab kanker.

Manfaat makan tomat hampir setara dengan menggunakan tabir surya dengan kekuatan Sun Protecting Factor (SPF) 1,3. Relatif kecil untuk dijadikan perlindungan utama, namun cukup besar untuk memaksimalkan efek perlindungan dari cahaya ultraviolet.

Manfaat ini terungkap dalam sebuah penelitian yang dilakukan tim ahli dari beberapa universitas di Manchester dan Newcastle, Inggris. Sebanyak 20 orang partisipan yang memiliki kulit sehat dilibatkan dalam penelitian eksperimental tersebut.

Setiap hari, 10 partisipan diberi saus tomat sebanyak 5 sendok teh (55 gram) atau setara dengan 5-6 butir tomat yang diolah dengan 10 gram minyak zaitun. Sisanya sebanyak 10 partisipan hanya mendapatkan minyak zaitun dan tidak boleh makan tomat.

Di awal penelitian, sensitivitas kulit para partisipan terhadap radiasi ultraviolet (UV) diukur lalu dibandingkan dengan 12 pekan sesudahnya. Hasilnya, partisipan yang setiap hari mendapatkan saus tomat menjadi 33 persen makin terlindung dari sinar UV.

Sinar UV merupakan salah satu pemicu berbagai jenis kerusakan kulit, mulai dari penuaan dini hingga kanker. Sinar ini terdapat di mana saja, namun paling banyak ditemukan pada sinar matahari akibat makin menipisnya lapisan ozon di atmosfer.

Kandungan nutrisi dalam tomat yang bisa menangkal efek sinar UV dari dalam adalah Lycopene, yang berfungsi sebagai antioksidan. Senyawa ini mampu menetralkan radikal bebas yang terbentuk akibat paparan sinar UV dan bisa memicu kerusakan kulit.

Meski makan tomat bisa memberikan efek perlindungan dari dalam, kulit masih tetap harus dilindungi dari luar. Dikutip dari Irishhealth, Senin (9/5/2011), bentuk perlindungan dari luar antara lain dengan menggunakan tabir surya saat akan beraktivitas di bawah terik matahari.

sumber: detikHealth

3 Mei 2011

Lingkar Pinggang Prediksi Kematian

Kegemukan atau obesitas sejak lama telah dikenal sebagai salah faktor risiko penyakit jantung. Para dokter kerap memperhitungkan obesitas dalam menilai risiko seseorang mengidap penyakit jantung.

Obesitas di antaranya dapat diketahui dengan melakukan pengukuran BMI (body mass index). Ini adalah pengukuran sederhana dengan cara membagi nilai tinggi badan dengan ukuran berat yang dipangkatkan. Semakin besar skor BMI seseorang, semakin besar kemungkinannya masuk dalam kategori obesitas.

Sejumlah penelitian mengindikasikan, tingginya skor BMI berkaitan dengan risiko lebih rendah meninggal akibat sakit jantung atau akibat penyakit kronis. Ini merupakan fenomena misterius yang dikenal dengan istilah "paradoks obesitas"

Menurut analisa para ahli yang dimuat Journal of the American College of Cardiology, paradoks ini tampaknya dapat dijelaskan dengan fakta sederhana bahwa BMI tidaklah cukup akurat untuk mengukur risiko yang berkaitan dengan penyakit jantung. Ukuran lingkar pinggang, kata para ahli, justru dapat memberi petunjuk yang lebih akurat dalam memprediksi risiko kematian pasien jantung akibat serangan di usia muda atau pun penyebab lainnya.

Dalam sebuah penelitian para ahli di Mayo Clinic Rochester, Minnesota AS, pasien penyakit jantung dengan ukuran lingkar pinggang lebih besar dari 35 inci pada wanita atau 40 inci pada pria, memiliki 70 persen risiko lebih besar meninggal lebih cepat selama ketimbang yang lingkar pinggangnya lebih kecil. Ukuran lingkar pinggang yang besar dikombinasikan dengan tingginya skor BMI bahkan membuat risiko kematian jauh lebih besar.

"Hal paling penting dibandingkan yang lain kemungkinannya adalah distribusi lemak," kata peneliti Francisco Lopez-Jimenez, M.D., peneliti yang juga ahli jantung di Mayo Clinic Rochester.

Penelitian terbaru ini menyediakan bukti lain bahwa BMI punya banyak keterbatasan dalam menilai risiko penyakit jantung, kata Jean-Pierre Després, Ph.D., direktur riset di Quebec Heart and Lung Institute, Laval University, Quebec City.

"Jika Anda mengukur BMI, Anda tidak akan menilai bentuk tubuh, Anda tidak melihat distribusi lemak ," kata Després, yang menulis sebuah editorial yang menyertai laporan riset ini.

"Saya tidak mengatakan bahwa BMI tak berguna. Hanya saja, kita perlu yang lebih dari itu. BMI adalah total kolesterol dalam lemak. Kita tahu bahwa ada kolesterol yang baik dan kolesterol buruk, ada lemak jahat dan lemak baik."

Selain itu, lanjut Despres, BMI juga tidak dapat membedakan antara lemak dan otot. Pasien jantung yang menjalani gaya hidup sedentari atau kurang aktif mungkin mencatat BMI yang rendah karena mereka kehilangan massa otot, paparnya, sedangkan pasien jantung yang memiliki gaya hidup aktif mungkin akan mengalami penambahan berat dan peningkatan BMI karena mereka menambah otot tak berlemak.

Hasil temuan ini juga memicu perdebatan seputar bentuk tubuh dan risiko mengidap penyakit jantung. Beberapa penelitian lain mengindikasikan, mereka yang memiliki tubuh apel dengan timbunan lemak di daerah perut berisiko lebih besar mengidap sakit jantung dibanding mereka yang tubuhnya berbentuk pir. Namun teori ini dipertanyakan oleh para ahli.

Lopez-Jimenez dan timnya menganalisis data sekitar 16,000 pasien jantung yang berpartisipasi dalam satu dari empat studi dan program rehabilitasi jantung di Mayo Clinic. Lebih dari sepertiga pasien tercatat meninggal selama penelitian, dengan rentang waktu antara enam bulan hingga tujuh tahun.

Tingginya nilai BMI berkaitan dengan 35 persen risiko lebih rendah mengalami kematian, tetapi memiliki lingkar pinggang yang besar ditambah dengan tingginya nilai BMI membuat risiko kematian melonjak hingga dua kali lipat.

Kenapa lemak di perut begitu jahat? Peneliti menjelaskan bahwa lemak perut adalah tanda dari lemak visceral atau lemak yang berkumpul di sekitar organ-organ di abdomen atau perut. Lemak-lemak inilah yang dapat memicu resistensi insulin dan meningkatnya jumlah kolesterol jahat selain juga dapat merangsang peradangan.

Faktor genetik memainkan peran sangat kuat dalam menentukan apakah seseorang dapat menimbun lemak pada sekitar pinggang, kata Després. Ia memperkirakan sekitar 30 persen populasi memiliki kecenderungan menimbun lemak pada tempat yang tidak diiinginkan tersebut.

sumber: kompas