18 Jun 2008

Autisme


Mengapa autisme kini menjadi momok bagi banyak orang tua? Diduga karena jumlah angka kejadiannya yang terus meningkat diseluruh dunia. Namun di Indonesia sendiri, belum ada data yang menunjukkan secara pasti besarnya angka kejadian tersebut.

Survey data dari California Department of Developmental Service, AS, melaporkan bahwa sampai Januari 2003, telah terjadi peningkatan kasus anak yang menderita autisme di Amerika Serikat hingga 31%. Ikatan Dokter Anak AS dan Pusat Kontrol dan Pencegahan Penyakit AS bahkan menambahkan bahwa jumlah anak yang didiagnosis menderita autisme sekitar 1:166 anak. Padahal, 10 tahun yang lalu, angka kejadiannya hanya 1:2500 anak.

Autisme adalah gangguan perkembangan anak dalam hal berkomunikasi, interaksi sosial, perilaku, emosi, serta proses sensoris. Seseorang yang menderita autisme hanya tertarik pada aktifitas mental dirinya sendiri (misalnya melamun atau berkhayal) dan sangat menarik diri dari kenyataan. Pada anak-anak, kelainan perilaku tersebut terlihat dari ketidakmampuan si anak untuk berhubungan dengan orang lain. Seolah-olah mereka hidup dalam dunianya sendiri dan pada beberapa kasus tertentu menggunakan bahasa atau ungkapan yang hanya dimengerti oleh dirinya sendiri.

Gejala anak yang menderita autisme umumnya sudah tampak sebelum usia 3 tahun. Apa saja gejalanya?
  • Tidak ada kontak mata yang mantap.
  • Kurang responsif terhadap lingkungan di sekitarnya.
  • Tidak mau bicara secara verbal.
  • Tidak mau berkomunikasi dengan bahasa tubuh, seperti tersenyum, merengut, dan sebagainya.
Jika hal tersebut dialami si kecil, sebaiknya Anda waspada dan segera membawanya ke dokter, psikolog, atau psikiater. Disarankan sebaiknya langsung berkonsultasi pada dokter yang ahli menangani autisme untuk menentukan tes, tindakan atau pengobatan selanjutnya, dan memberikan latihan khusus untuk si anak.

Gejala autisme disebut juga dengan spektrum autisme, yaitu gejala mulai dari yang ringan sampai yang berat. Bertambahnya kasus autisme bukan hanya pada kasus autisme klasik, tapi juga pada varian autisme yang lebih ringan, seperti sindroma Asperger dan atipikal autisme.

Sindroma Asperger adalah gangguan perkembangan dengan gejala berupa gangguan dalam bersosialisasi, sulit menerima perubahan, suka melakukan hal yang sama berulang-ulang, serta terobsesi dan sibuk sendiri dengan aktivitas yang menarik perhatian. Umumnya, tingkat kecerdasan si kecil baik atau bahkan lebih tinggi dari anak normal. Selain itu, biasanya ia tidak mengalami keterlambatan bicara.

Sedangkan atipikal autisme adalah jenis autisme yang tidak memenuhi kriteria gangguan autisme yang disyaratkan oleh DSM-IV (panduan dalam menegakkan diagnosa gangguan mental). Meskipun begitu, si kecil mengalami kesulitan dalam berinteraksi sosial dan berkomunikasi secara timbal balik. Mungkin juga ia tidak menunjukkan gejala yang khas atau bisa juga gejala-gejalanya lebih ringan dibandingkan penyandang autisme klasik.

Penyebab terjadinya autisme sebenarnya belum dapat diketahui, namun gangguan tersebut dapat dikaitkan dengan faktor keturunan maupun kegagalan salah satu bagian dari otak yang memproses rangsangan syaraf.

Salah satu penanganan anak dengan gangguan spektrum autisme adalah terapi perkembangan terpadu. Terapi tersebut terdiri dari terapi okupasi dengan penekanan pada terapi Sensory Integration yang dipadu dengan metode Floor Time. Namun, bila anak memerlukannya, masih ditambah lagi dengan Strategi Visual. Terapi Sensory Integration dan Floor Time diberikan setelah anak diketahui menyandang gangguan semua spektrum autisme. Sedangkan Strategi Visual baru diberikan bila anak sudah benar-benar siap menerima terapi ini. Kesiapan tersebut akan dinilai oleh terapis, dokter, atau psikolog yang menangani si anak.

Terapi Sensory Integration adalah terapi untuk memperbaiki cara otak menerima, mengatur, dan memproses semua input sensoris yang diterima oleh pancaindera, indera keseimbangan, dan indera otot. Anak yang mengalami gangguan perilaku, seperti autisme, akan mengalami kesulitan dalam menerima dan mengintegrasikan beragam input yang disampaikan otak melalui inderanya. Akibatnya, otak tidak dapat memproses input sensoris dengan baik. Dengan begitu, otak juga tidak dapat mengatur perilaku anak agar sesuai dengan lingkungannya.

Melalui terapi Sensory Integration, kemampuan si kecil dalam menerima, memproses dan menginterpretasi input-input sensoris, baik dari luar maupun dari dalam dirinya, akan diperbaiki. Dengan begitu, dia dapat lebih baik dalam bereaksi terhadap lingkungannya.

Untuk meningkatkan kemampuan anak dalam bersosialisasi dan berkomunikasi, terapi Sensory Integration harus dipadukan dengan metode Floor Time (bermain di lantai). Metode bermain interaktif yang spontan dan menyenangkan bagi anak bertujuan untuk mengembangkan interaksi dan komunikasi si kecil. Floor Time bertujuan membentuk komunikasi dua arah antara anak dan lawan bicaranya, serta mendorong munculnya ide dan membantu anak mampu berpikir logis. Agar bisa melakukan Floor Time dengan baik, orang tua perlu bimbingan psikolog yang paham dan berpengalaman dengan metode tersebut.

Lalu, apa yang disebut dengan Strategi Visual? Umumnya, penyandang gangguan spektrum autisme lebih mampu berpikir secara visual. Jadi, mereka lebih mudah mengerti apa yang dilihat daripada apa yang didengar. Strategi Visual dipilih agar si kecil lebih mudah memahami berbagai hal yang ingin Anda sampaikan. Biasanya, ia akan diperkenalkan pada berbagai aktivitas keseharian, larangan atau aturan, jadwal, dan sebagainya lewat gambar-gambar. Misalnya gambar urutan dari cara menggosok gigi, mencuci tangan, dan sebagainya. Dengan Strategi Visual, diharapkan anak bisa memahami situasi, aturan, mengatasi rasa cemas, serta mengantisipasi kondisi yang akan terjadi.

Sumber: info-sehat.com

Sindroma Tourette

DEFINISI
Sindroma Tourette adalah suatu penyakit dimana tic motorik dan vokalis terjadi beberapa kali dalam sehari dan telah berlangsung minimal selama 1 tahun.
Tic adalah gerakan diluar kesadaran yang terjadi secara berulang-ulang.

Sindroma Tourette sering diawali dengan tic simplek pada masa kanak-kanak, yaitu berupa sentakan otot yang tidak diinginkan dan tanpa tujuan, yang terjadi berulang-ulang.

Selanjutnya tic simplek berkembang menjadi gerakan yang kompleks, termasuk tic vokalis dan kelumpuhan pernafasan secara tiba-tiba. Tic voklis terdengar sebagai bunyi mendengus atau menggonggong.

PENYEBAB
Sindroma Tourette merupakan penyakit keturunan yang 3 kali lebih banyak terjadi pada pria.

Penyebab yang pasti tidak diketahui, tetapi diduga merupakan suatu kelainan dalam dopamin atau neurotransmiter otak lainnya.

GEJALA
Seorang penderita anak-anak bisa menggerakkan kepalanya secara berulang dari kiri ke kanan atau sebaliknya, mengedip-ngedipkan matanya, membuka mulutnya atau meregangkan lehernya.

Tic yang lebih kompleks bisa berupa memukul dan menendang, mengendus-endus, merintih dan mendengung.
Penderita bisa mengucapkan kata-kata yang kasar di tengah-tengah percakapan, tanpa alasan yang jelas.
Penderita juga bisa dengan cepat mengulang-ulang kata yang didengarnya (ekolalia).
Penderita sering mengalami kesulitan dalam bersosialisasi.
Dulu mereka diasingkan, diisolasi atau bahkan diduga sebagai keturunan setan.
Banyak penderita yang menjadi impulsif, agresif dan berperilaku ingin menghancurkan dirinya sendiri; anak-anak seringkali mengalami kesulitan dalam belajar.

DIAGNOSA
Diagnosis ditegakkan jika: - Telah terjadi tic motorik multipel atau satu atau lebih tic vokalis - Tic terjadi beberapa kali dalam sehari, hampir setiap hari atau selang hari, selama lebih dari 1 tahun. Dalam waktu 1 tahun, masa bebas gejalanya tidak boleh lebih dari 3 bulan. - Terjadi sebelum usia 18 tahun.

PENGOBATAN
Jika gejalanya ringan, tidak diperlukan pengobatan karena efek samping dari obat-obatan lebih buruk daripada gejalanya sendiri. Untuk mengendalikan gejala yang berat, bisa diberikan obat anti psikosa, meskipun bisa menimbulkan efek samping berupa kekakuan, penambahan berat badan, pandangan kabur dan mengantuk. Yang efek sampingnya lebih ringan adalah pimozid. Klonidin diberikan untuk membantu mengendalikan kecemasan dan perilaku obsesif-kompulsif.


Sumber: Medicastore.com

11 Jun 2008

Penyakit Alzheimer

Penyakit Alzheimer adalah penyakit dimana terjadi kemunduran fungsi otak yang menyebabkan hilangnya secara progresif dari ingatan, pengenalan, personalitas dan kekuatan mental. Meskipun penyakit Alzheimer bisa terjadi di awal usia 40 tahun, namun secara lazim terjadi pada usia di atasnya. Tercatat sekitar setengah dari kerusakan mental serius terjadi pada seseorang di atas usia 65 tahun.

Perubahan di dalam Otak


Pada penyakit Alzheimer, seperti pada kepikunan, terjadi atrophy (pengerutan atau pembuangan) dari korteks cerebral (lapisan luar pada otak, yang sebagian besar berurusan dengan intelektual dan fungsi sosial).


Terjadi juga keabnormalan spesifik lainnya, seperti adanya kekusutan serat-serat yang ada di dalam sel syaraf dan adanya tanda-tanda kepikunan, yang mungkin merupakan endapan amyloid (sebuah protein semiloid kompleks yang dijumpai di berbagai penyakit degenaratif). Keabnormalan tersebut tersebar di sepanjang korteks penderita Alzheimer, yang membedakan Alzheimer dari penyakit kepikunan lainnya. Karena spesimen biopsi otak (sampel jaringan yang diambil dari otak untuk kegiatan laboratorium) tidak diperoleh tanpa alasan yang sangat spesifik dan tanpa tujuan pengobatan yang spesifik, maka keabnormalan tersebut biasanya hanya bisa ditemukan setelah kematian.


Penyebab

Banyak teori mengenai penyebab penyakit Alzheimer's. Apa yang disebut slow virus (virus yang ada sejak awal usia dan memerlukan waktu bertahun-tahun untuk membuat kerusakan) yang memiliki faktor-faktor lingkungan dan kerusakan dari penyakit yang ada sebelumnya. Saat ini, berkurangnya jumlah enzim kolin asetiltransferase (yang penting untuk membangun neurotransmiter asetilkolin) dijumpai pada beberapa pasien, dan teori tentang penggantian enzim atau neorotransmiter pun dirumuskan.


Defisiensi dari neurotransmiter lainnya dijumpai secara konstan. Faktor keturunan nampaknya menjadi bagian. Biasanya disepakati bahwa pengerasan arteri bukanlah menjadi penyebab. Penyakit Alzheimer tidak menular, dan juga tidak disebabkan karena penurunan emosional.


Gejala

Gejala sangat beragam dari satu orang dengan orang yang lain, dan mungkin terjadi berhari-hari atau berbulan-bulan jaraknya. Gejala dimulai dengan hilangnya sedikit ingatan, hampir selalu melibatkan hilangnya ingatan kejadian yang daru saja berlangsung. Kehilangan ingatan ini bisa terjadi pada siapa saja, namun pada penyakit Alzheimer akan menjadi semakin parah seiring berjalannya waktu. Penderita bisa lupa akan nama keluarga dekatnya, lupa jalan pulang ke rumah, lupa mematikan oven, salah menempatkan barang, mengulang lagi kegiatan yang baru saja dilakukan, atau menanyakan kembali pertanyaan yang baru saja dijawab. Dan akhirnya hal ini akan mengganggu penderita untuk menjalani kehidupan secara normal.


Pada perkembangan selanjutnya, penderita Alzheimer menjadi bingung, frustasi dan tersinggung. Meskipun awalnya secara fisik tidak terganggu oleh penyakit Alzheimer, karena kondisinya berkembang, penderita akan menjadi gelisah, selalu mondar-mandir dan harus diawasi sehingga ia tidak bepergian jauh atau berada dalam bahaya. Pengulangan terus-menerus dari kegiatan yang tidak perlu, seperti mebuka-tutup laci, adalah gejala lainnya dari penyakit ini. Beberapa penderita bahkan bisa menjadi sangat marah akibat sedikit provokasi atau bahkan tidak ada provokasi sama sekali.


Rangkaian penyakit ini bisa terjadi dari 1 tahun sampai 20 tahun. Penyakit ini bisa menyebabkan memburuknya sistem saraf dan bagian tubuh lainnya dan meyebabkan hilangnya kontrol pada kandung kemih dan usus. Alzheimer bisa mengurangi harapan hidup karena kontribusinya pada hal-hal yang bisa menyebabkan kematian, seperti pneumonia atau kegagalan ginjal atau jantung.


Diagnosis dan Pengobatan

Kondisi lain bisa menyebabkab banyak gejala penyakit Alzheimer dan kondisi tersebut bisa diobati. Karena itu, penting bagi penderita untuk menjalani seluruh perawatan medis yang kadang meliputi kegiatan neurologis dan psikologis yang lebih luas dan studi diagnostis lain, seperti elektro-encefalografi (studi mengenai gelombang otak), test darah, dan pengambilan sampel cairan cerebrospinal.


Prosedur-prosedur tersebut bisa mengendalikan atau mengidentifikasi kemungkinan penyebab malfungsi sistem saraf, seperti rangkaian dari “stroke ringan”, infeksi atau tumor otak, anemia (yang bisa diobati dengan vitamin B12), overmedikasi dengan obat tidur atau bromida, alkoholisme, efeksamping dari medikasi tertentu, fungsi tiroid yang abnormal, hidrocepalus (terhalangnya tiroid) atau hidrocepalus (terhalangnya cairan cerebrospinal dalam kepala).


Masalah ingatan bisa juga mengakibatkan depresi. Depresi bisa terjadi karena perubahan hidup yang bersifat major, seperti kematian orang yang dicintai atau berpindah ke panti pemeliharaan. Gejalanya, yang meliputi sikap ketidakpedulian (apati), mudah tersinggung dan konsentrasi yang buruk, bisa diobati.


Pengobatan

Ilmu medis belum mengetahui bagaimana mencegah atau mengobati penyakit Alzheimer ini. Namun, penting untuk mendapatkan ahli yang mampu menolong penderita dan keluarganya untuk mengatasi masalah-masalah yang timbul akibat Alzheimer. Saat ini, obat penenang bisa mengurangi gangguan dan kegelisahan dan mengurangi kejadian dari kebiasaan yang tidak diingini. Medikasi juga bisa membantu memperbaiki pola tidur dan mengobati depresi akibat penyakit ini.


Adalah penting bagi penderita Alzheimer untuk melanjutkan kegiatan sehari-hari seperti biasa dan tetap menjalin hubungan dengan teman-temannya. Bantuan memori, seperti daftar tugas harian, reminder mengenai keselamatan, dan kalender besar, bisa membantu dalam kehidupan sehari-hari. Bila perawatan penderita menjadi semakin sulit, mungkin sebaiknya penderita dibawa ke fasilitas perawatan kesehatan dimana staf profesional bisa memberikan perawatan sepanjang hari.


Akhir-akhir ini, sebuah obat yang disebut tacrine telah dirilis untuk mengobati penyakit Alzheimer. Namun, pengawasan terhadap fungsi hati dengan tes darah secara berkala diperlukan, dan obat ini bisa menimbulkan efek samping yang tidak bagus. Obat lainnya, seperti donepezil, bisa juga memberikan manfaat.


Sumber: Howstuffworks.com