8 Sep 2008

Pedulikah Anda Terhadap Gas Berbahaya?


Ketidakpedulian terhadap penggunaan bahan bakar bersih, diversifikasi energi, pengendalian emisi, dan manajemen transportasi kini telah berdampak, baik terhadap lingkungan dan bahkan mempengaruhi kesehatan manusia. Hasil penelitian menunjukkan, pencemaran udara di Jakarta dan kota-kota besar lain di Indonesia sudah mencapai titik kritis karena melampaui baku mutu dengan polutan utama gas Nitrogen oksida dan Partikel debu atau TSP (Total Suspended Particulate). Pengaruhnya terhadap kesehatan sebenarnya sudah dialami masyarakat. Setiap tahun, hampir setengah juta penduduk Asia termasuk Indonesia menderita penyakit saluran pernapasan, asma, iritasi mata dan kulit, bahkan meninggal. Penyakit autis yang belakangan ini banyak terdeteksi, telah terbukti terkait dengan kandungan logam dalam urin, darah, dan rambut anak-anak. Sedang paparan timbal (Pb) yang juga merupakan pencemar udara utama, diketahui menyebabkan turunnya tingkat IQ pada anak-anak.

Pencemaran udara juga memicu kerugian ekonomi dan menurunnya kualitas hidup, misalnya tidak dapat bekerja dan sekolah karena sakit. "Di Indonesia khususnya di kota Jakarta pencemaran udara telah menjadi masalah serius. Tahun 1998 estimasi kerugian ekonomi akibat dari pencemaran udara kira-kira satu persen dari total GDP (Gross Domestic Product)," seperti yang pernah dikemukakan oleh : Deputi Bidang Pembinaan Sarana Teknis Pengelolaan Lingkungan Hidup Kementerian Lingkungan Hidup (KLH), Masnellyarti Hilman, dalam diskusi panel Pencemaran Udara dan Dampak terhadap Kesehatan Manusia, di Jakarta.

Menurut data yang dikeluarkan Laboratorium Udara Sarana Pengendalian Dampak Lingkungan (Sarpedal) KLH, khusus untuk parameter NO, sudah mencapai 49,8 ppb (part per billion) di titik-titik disekitar jalan raya. Tingkat ini melebihi standar baku mutu nasional 48,7 ppb. Sedangkan titik yang jauh dari jalan raya-walaupun masih di bawah standar-kadar NO sudah mengkhawatirkan dengan kisaran 8-40 ppb. Parameter TSP konsentrasi rata-rata tahunannya juga telah melebihi standar baku mutu nasional (90 mikrogram per meter kubik), yaitu tercatat berkisar 91 hingga 145 (g/m3) baik di lokasi sekitar maupun yang jauh dari jalan raya. Hasil penelitian ini dikeluarkan Laboratorium Udara Sarpedal KLH (Sarana Pengendalian Dampak Lingkungan - Kementerian Lingkungan Hidup). Dan hasil penelitian ini pula atas proyek kerjasama Sarpedal KLH dan JICA (Japan International Cooperation Agency) yang mengukur kualitas udara polutan yaitu Sulfur dioksida (SO2), Nitrogen oksida (NO2 dan NOx) serta TSP (Total Suspended Particulate) pada 21 titik sampling di wilayah Jabotabek selama kurun waktu tahun 2002 hingga 2004. Titik sampling yang dipilih mewakili daerah peruntukan perumahan, industri, sempadan jalan raya, daerah pariwisata dan komersial. Bagaimana hasil penelitian setelah parameter tersebut setelah tahun 2004 sampai saat ini, dipastikan kadar gas pencemar semakin meningkat karena perkembangan industri semakin pesat.

Menteri Lingkungan Hidup, Rachmat Witoelar mengatakan peningkatan zat pencemar di udara yang terus berlangsung secara mengkhawatirkan itu terjadi pada tahun-tahun terakhir ini bukan hanya di Jakarta tapi juga kota-kota besar lainnya yaitu Surabaya, Semarang, Bandung dan Medan. Dari pemantauan terhadap berbagai parameter kualitas udara ambien di kota-kota besar tersebut yang cukup memprihatinkan adalah debu atau partikulat, Sulfur dioksida, Nitrogen oksida, Karbon monoksida, dan Hidrokarbon. Parameter pencemar udara lainnya yang juga mendapat sorotan akhir-akhir ini adalah Timbal (Pb) yang terdapat pada bahan aditif dalam bahan bakar bensin

Rachmat Witoelar mengharapkan meningkatnya kesadaran masyarakat tentang dampak pencemaran udara baik dari industri, dan transportasi terhadap kesehatan. Diharapkannya pula peningkatan kinerja instansi pemerintah terkait dan para stakeholder dalam pengelolaan kualitas udara khususnya di DKI Jakarta, dan sekitarnya.

Dampak Polusi

Sementara itu Deputi Bidang Pembinaan Sarana Teknis Pengelolaan Lingkungan Hidup KLH, Masnellyarti Hilman, mengungkapkan berbagai dampak pencemaran udara di Indonesia. Setiap tahun hampir setengah juta penduduk Asia, termasuk Indonesia menderita berbagai penyakit seperti penyakit saluran pernafasan, asma, iritasi mata dan kulit bahkan sampai meninggal dunia. Hal ini disebabkan oleh adanya zat dan gas beracun seperti partikel halus (debu), serta Karbon monoksida, Nitrogen dioksida dan Sulfur dioksida yang diemisikan dari sumber tidak bergerak maupun bergerak atau dari kendaraan bermotor.

Pencemaran udara juga dapat menyebabkan kerugian ekonomi dan menurunnya kualitas hidup, misalnya tidak dapat bekerja dan sekolah karena sakit. Di Indonesia khususnya di kota Jakarta pencemaran udara telah menjadi masalah yang serius. Pada tahun 1998 estimasi kerugian ekonomi akibat dari pencemaran udara kira-kira satu persen dari total GDP (Gross Domestic Product) dan terus meningkat sampai saat ini.

Karena efek pencemaran gas beracun bersifat kumulatif, sehingga kerugian secara langsung tidak bisa terukur. Dampak pencemaran udara itu baru terlihat setelah beberapa tahun kemudian. Contoh dampak pencemarn udara ini yakni : penurunan IQ (kecerdasan) pada anak-anak akibat paparan Timbal (Pb) di udara, baru dapat diketahui setelah 10 - 20 tahun kemudian berupa generasi muda yang IQ-nya di bawah standar. Akhir-akhir ini masalah autis juga telah terdeteksi, yang disebabkan kandungan logam dalam urin, darah dan rambut anak-anak cukup tinggi. Penelitian di Amerika Serikat menyimpulkan bahwa 1 dari 50 anak terkena autis, hasil yang sangat signifikan sekali

Pencemaran udara di Indonesia terutama di kota-kota besar memang sudah sangat mengkhawatirkan, namun sulit dielakkan, karena pemilihan penggunaan bahan bakar fosil untuk sarana transportasi, dan belum luasnya pemakaian alat pereduksi emisi di pabrik karena membutuhkan dana yang besar. Dalam pengendalian pencemaran udara diharapkan Pemerintah harus mengeluarkan kebijakan yaitu mendorong penggunaan bahan bakar ramah lingkungan, menumbuhkan kesadaran dan peran masyarakat dalam pengendalian pencemaran udara, menganjurkan lembaga pendidikan, dunia usaha, dan masyarakat untuk menanam berbagai pohon yang mampu menyerap gas beracun, seperti pohon gantri, angsana dan felicium.

Peran aktif masyarakat dalam pengendalian pencemaran udara menjadi sangat penting karena sumber pencemaran udara berada ditangan masyarakat sendiri. Oleh sebab itu sebaik apapun kebijakan maupun peraturan yang ada, tanpa peran aktif masyarakat sebagai pelaku maupun pihak yang terkena dampak maka upaya pengendalian pencemaran udara tidak akan berhasil dengan baik. Untuk pengendalian polusi udara dari sumber bergerak seperti mobil, truk atapun bus dapat dilakukan dengan beberapa cara antara lain menerapkan kebijakan harga. Hampir 75 persen dari hasil minyak habis untuk subsidi harga BBM. Hal ini menghambat diversifikasi energi terutama gas alam yang tergolong ramah lingkungan. Cadangan gas Indonesia dua kali cadangan minyak tetapi pengembangannya terhambat oleh subsisi harga BBM. Diperlukan juga pembenahan manajemen transportasi khususnya di Jakarta. Akibat kemacetan di Jakarta terjadi pemborosan biaya transportasi sebesar Rp 17,2 triliun pertahun atau Rp 45 miliar perhari, yang ekivalen dengan 7,8 persen total PDRB DKI Jakarta.

Hasil Penelitian

Penelitian yang dilaporkan Bank Dunia pada tahun 1994 menyebutkan sektor transportasi menyumbang hampir 80 % total polusi Nitrogen dioksda dan 70 persen polusi Sulfur dioksida yang berasal dari industri. Sementara itu Sarpedal pada tahun 2003 mengestimasi total beban pencemaran dari sumber transportasi, pabrik dan rumah tangga Nitrogen oksida mencapai 24.696 ton pertahun, Sulfur dioksida 35.456 ton/tahun, dan TSP 4.669 ton/tahun.

Hasil simulasi terhadap NOx diketahui konsentrasinya terdistribusi pada seluruh daerah Jakarta, dan konsentrasi tertinggi didapati pada sekitar daerah jalan utama dan jalan layang. Hasil simulasi TSP konsentrasinya terkumpul dan tertinggi di daerah Jakarta Pusat dan Jakarta Utara.

Penelitian juga dilakukan Sarpedal KLH terhadap penyakit saluran pernafasan akibat tingginya konsentrasi gas polutan seperti SO2, NOx, dan TSP terhadap anak SD di DKI Jakarta. Kesimpulannya di Jakarta sudah tidak ada lagi tempat yang aman bagi anak-anak dari dampak pencemaran. Daerah yang tinggi tingkat polusinya adalah Jakarta Utara meliputi Palmerah, Kalideres, Sawah Besar, Cilincing dan Tanjung Priok. Kenyataan menjadi pertimbangan dalam memilih lokasi tempat tinggal yang sehat dan nyaman terutama untuk anak-anak.

Tingginya pencemaran udara di Jakarta juga ditunjukkan oleh data ISPU tahun 2002 yang menyimpulkan hanya 22 hari kota Jakarta dinyatakan sehat, selebihnya tercemar. Pada tahun 2003 bahkan hanya 7 hari sehat. Hal ini terkait dengan jumlah kendaraan di Jakarta yang hampir 3 juta dan diperkirakan akan meningkat setiap tahun. Masalah peningkatan jumlah kendaraan ini akan menjadi faktor utama penyebab menurunnya kualitas udara. Bagaimana tingkat pencemaran saat ini (jumlah hari sehat) di Jakarta, pastinya telah menurun lagi dari tahun 2003 yakni bisa di bawah 7 hari sehat karena makin bertambahnya jumlah kendaraan dan konsumsi bahan bakar. Dengan keadaan seperti ini apakah kita sebagai penduduk Jakarta peduli dengan kualitas udara Jakarta dan apa peran kita dalam mengambil bagian pengendalian pencemaran udara? Semoga kenyataan ini menjadi introspeksi dan pemikiran setiap orang dan pelaku usaha untuk mencari ide dalam memberikan kontribusinya untuk lingkungan. Kontribusi kita terhadap lingkungan secara sederhana yang cepat dapat dilakukan misalnya : Pembuatan Lubang Resapan Biopori di setiap lahan terbuka atapun penanaman pohon di lahan terbuka sampai kepada daur ulang sampah rumah tangga, pemanfaatan limbah atau sampah organik, pengelolaan sampah non-organik menjadi sesuatu yang dapat digunakan dll. Khusus dalam dunia industri alangkah baiknya segala perencanaan pengelolaan lingkungan dikemas dalam satu sistem manajemen lingkungan sehingga arah, tujuan bahkan benefit yang didapat dari pengelolaan lingkungan ini dapat terkelola dengan baik dan tepat sasaran. Mari kita sama-sama memberikan kontribusi untuk pelestarian lingkungan yang sudah semakin tua ini.

Sumber: Andreas Y. - Sentral-Sistem Consulting

Tidak ada komentar: