27 Apr 2009

Flu Babi Mulai Mencekam Dunia

Flu burung belum juga mereda di beberapa negara dunia, kini di Meksiko muncul flu babi yang telah menewaskan 68 orang. Bukan hanya di negara itu, beberapa negara bagian Amerika Serikat juga telah terkena dampaknya. Beberapa orang di Texas dan California dilaporkan menderita penyakit yang ditengarai sebagai gejala terserang flu babi. Belum ada laporan yang sepenuhnya akurat, bagaimana flu babi ini tiba-tiba telah menjelma menjadi “mesin pembunuh” yang ganas. Tetapi, laporan sementara mengabarkan, flu babi ini disebabkan oleh virus varian baru dari H1N1 yang merupakan perpaduan antara flu babi, manusia, dan unggas.

Membaca berita tersebut, sidang pembaca hampir pasti segera bergumam, ‘’ Penyakit apa lagi ini? Satu belum habis, telah muncul penyakit mematikan lainnya.” Memang demikianlah keadaannya. Kita sendiri kadangkala begitu bingung menyangkut munculnya berbagai penyakit yang dengan cepat menyebar secara luas di berbagai benua. Kita ingat flu burung awalnya di Hong Kong, kemudian menyebar ke China, lalu merembet di berbagai negara termasuk kawasan Eropa sekali pun. Di beberapa negara dikabarkan sudah sangat mereda, tetapi di sini tampaknya masih liar berkeliaran. Mereka mungkin mampu mengatasi, sedangkan kita masih meraba-raba.

Dengan jumlah korban yang sedemikian banyak, dan diperkirakan akan terus berkembang, tentu saja dunia mulai khawatir. Beberapa pakar virus di Amerika Serikat meski sudah mulai bisa mengidentifikasi virus, tetapi vaksin baru akan dibuat dalam beberapa bulan mendatang. Itu pun belum ada kepastian apakah vaksin nantinya efektif untuk mengobati penyakit ini. Kekhawatiran dunia sangat beralasan karena penyebaran virus ini sangatlah cepat. Fakta membuktikan, hanya dalam beberapa hari saja virus itu telah menelan hampir 70 orang. Diperkirakan jumlah itu akan naik dalam waktu dekat. Apalagi penyebaran virus ini tidak menbutuhkan kontak fisik.
Tanpa kontak fisik manusia bisa ketularan virus tersebut, sementara kita tidak mungkin bisa melihat dengan mata telanjang bagaimana “lalu lintas” virus di udara terbuka. Apakah kualitas udara ikut menentukan berkembangnya virus ini juga belum diketahui. Apakah juga kondisi kesehatan fisik manusia ikut mempermudah penularan, belum juga diketahui. Maka, para ahli penyakit hanya bisa menyarankan bahwa untuk menghindari tertular penyakit ini sering-seringlah cuci tangan, juga tutup mulut dan hidung. Cuci tangan, apalagi harus sering, bukanlah kebiasaan yang mudah dilakukan. Demikian juga tutup hidung dan mulut, mana mungkin dilakukan jika seseorang merasa dirinya sehat ?

Maka, penangkalnya dikembalikan lagi pada standar-standar hidup sehat yang dimulai dari setiap pribadi untuk selalu membersihkan diri pada tubuh fisiknya, dan sangat penting juga bersih lingkungan. Di samping itu juga dijaga tingkat higinitas makanan dan minuman yang diasup. Karena tidak ada yang bisa dilakukan kecuali melakukan hal-hal seperti itu, apalagi faktanya vaksin penangkal belum tertemukan. Negara dengan tingkat kesehatan warganya yang cukup prima seperti Amerika Serikat saja sangat mungkin tertular, apalagi kita di sini. Fakta membuktikan, flu burung saja masih sangat “nyaman” berkembang di sini, dan kita tidak tahu kapan berakhirnya.

Pemerintah di semua tingkatan perlu melakukan antisipasi dini terhadap kemungkinan berkembangnya penyakit itu di sini. Apalagi, kini ditengarai sedang berkembang flu Singapura. Meski pun semua tengah disibukkan oleh pemilu dan persiapan pilpres, tetapi antisipasi terhadap kemungkinan itu harus tetap prioritas. Lagi-lagi fakta membuktikan, bahwa jika sudah masuk di sini virus-virus apa pun tampaknya merasa “nyaman” dan enggan pergi. Apakah ini pertanda ketidakmampuan negara mengurus hal-hal seperti ini, ataukah kondisi lingkungan yang menjadi penyebabnya ? Benar-benar ingin kita ingat bahwa segalanya sangat mungkin terjadi, maka waspadalah !

Sumber: suaramerdeka.com

Tidak ada komentar: