31 Okt 2008

Balita Sehat Tertawa 500 Kali Sehari


Tahukah Anda bahwa anak berusia empat tahun rata-rata tertawa 500 kali sehari? Jika kurang dari itu, sebaiknya Anda mencari tahu penyebab kenapa si anak bermuka muram. Karena itu menunjukkan tanda-tanda tidak sehat, mungkin badannya atau perkembangan psikologinya.

Sementara, bagi Anda yang berusia dewasa dan tertawa kurang dari 17 kali dalam sehari, sudah sepatutnya khawatir. Pasti ada yang tidak semestinya terjadi.

Tertawa tidak semata-mata menyenangkan dan menggembirakan hati, namun telah menjadi hal yang serius. Seperti ditulis oleh Marion Pietz dalam buku Born to Cathart, manusia sekarang hidup dikelilingi bermacam persoalan, dan tertawa seperti oasis di padang pasir. Menyesap oasis menjadi obat untuk segala macam penyakit.

Sebagai seorang kanselor perkawinan dan keluarga, Pietz terkenal melalui buku-bukunya sebagai humoris. Pada sesi terapi selalu ada interval berlatih apa yang dinamakannya sebagai tertawa dengan sepenuh hati -- paling tidak 15 detik dalam satu hari, dan memantau hasilnya.

Tertawa bukanlah perkara sulit kecuali kalau kita memang doyan mempersulit diri. Dalam jangka panjang kebiasaan banyak tertawa membawa hasil dalam penampakan raut muka.

Jika sejak kecil terbiasa tertawa lepas, maka tidak sulit untuk meneruskan kebiasaan sehat itu hingga usia dewasa.

Tidak terlalu sulit membuat anak tertawa. Suasana yang menyenangkan, komunikasi yang baik, atau sekadar memainkan mimik muka telah bisa membuat seorang anak kecil terbahak-bahak.

Sudah menjadi kewajiban orang dewasa mengkondisikan anak dalam lingkungan yang sehat. Lagipula, bukankah komunikasi pertama bayi usia dua hingga empat minggu dengan lingkungan barunya adalah dengan tertawa?

Menurut buku Marion Pietz, seorang bayi lahir 'dibekali' semacam tape recorder yang merekam pesan dua ekspresi psikologi yaitu tertawa dan menangis. Ketika masih kecil, rekaman itu akan sangat mudah diputar untuk kejadian yang tidak penting, bagi orang dewasa. Jatuh dari ayunan, mendapat hadiah, atau merasa ditinggalkan sendirian di ruangan, dengan mudah tape rekaman itu akan memutar salah satu pesan bawaan itu.

Pada usia dewasa, menangis berubah menjadi pembersih rasa sakit karena emosi. Ketika menghadapi klien yang menangis pada sesi terapi, Dr Pietz tidak pernah menawarkan tisu karena yang bersangkutan mengambil tisu, mengucapkan terima kasih dan tangisan terhenti begitu saja.

Setelah kesakitan emosi dihapus dengan menangis sepenuh hati, tiba waktunya untuk menyemai kembali benih jiwa sehat dengan tertawa lepas. Tidak mesti selalu berlatih tertawa di ruang terapis karena sebenarnya bisa dilakukan sendiri. Paling tidak mulailah dengan banyak tersenyum.

Sumber: inilah.com

Tidak ada komentar: