14 Apr 2011

Akumulasi Radiasi Jepang Membahayakan

BOCORNYA reaktor nuklir Fukushima Daiichi di Jepang sejauh ini menyebabkan sekitar sepersepuluh dari jumlah radiasi pada bencana Chernobyl, menurut data, Selasa (12/4). Para ahli pun memperingatkan adanya risiko kesehatan jangka panjang yang serius.

Badan Keselamatan Nuklir dan Industri Nasional (NISA) Jepang dan Komisi Keselamatan Nuklir Jepang memperkirakan tingkat radiasi kumulatif antara 370 ribu dan 630 ribu terabecquerels. Itu hampir mencapai 10 persen dari total radiasi 5,2 juta terabecquerels yang dihasilkan Chernobyl.

"Jumlah tersebut tergolong sangat serius. Hampir sepersepuluh dari radiasi Chernobyl dalam sebulan," kata Lam Ching-wan, ahli kimia patologi di University of Hong Kong dan anggota American Board of Toxicology. "Ini berarti bisa merusak tanah, ekosistem, air, makanan, dan orang-orang. Orang-orang yang terpapar radiasi ini tidak dapat melarikan diri hanya menutup jendela."

"Ancaman radiasi itu nyata sehingga diperlukan adanya surveilans radiasi nasional untuk mengetahui dampaknya pada kesehatan. Termasuk, pengadaan skrining rutin untuk kanker," kata Lam.

Para ahli mengkhawatirkan tiga tentang tiga substansi radioaktif yakni yodium-131, caesium-134, dan cesium-137. Semua itu dapat menyebabkan berbagai jenis kanker di kemudian hari.

Dari studi yang dilakukan terhadap korban kecelakaan instalasi nuklir di masa lalu serta korban bom atom di Jepang selama Perang Dunia II, kaitan antara paparan yodium radioaktif dan kanker tiroidlah yang paling meyakinkan.

Meskipun radioaktivitas yodium-131 sepenuhnya hancur dalam 80 hari, tapi zat ini dapat menemukan jalan cepat ke manusia melalui udara, susu, dan sayuran berdaun. Yodium-131 bisa bertahan di kelenjar tiroid. Di sana, ia dapat menyebabkan kerusakan DNA dan meningkatkan risiko kanker, terutama pada anak-anak.

Di antara korban kecelakaan Chernobyl, setidaknya 1.800 orang mengidap kanker tiroid, sepetri dikutip dari Yahoo Health, Selasa (12/4).

sumber: mediaindonesia.com

Tidak ada komentar: