7 Jan 2010

Apa Itu Placebo?

Studi mengenai efek placebo yang tak terhitung jumlahnya telah menunjukkan bila pikiran mungkin faktor terpenting dalam fungsi tubuh manusia. Dengan kemampuan untuk menciptakan atau menghapuskan gejala dengan seketika, koneksi menuju ‘kekuatan penyembuhan’ hanya memerlukan suatu keyakinan.

Banyak sekali contoh yang ditemukan di sepanjang sejarah hingga saat ini yang mendokumentasikan kekuatan pikiran untuk penyembuhan. Percobaan placebo kali pertama dilakukan pada 1801, menurut Placebo dan Efek Placebo dalam Pengobatan: Ikhtisar Historis, oleh Journal of the Royal Society of Medicine (JRSM). John Haygarth, seorang dokter abad ke-18 asal Inggris, menyatakan bahwa eksperimen tersebut “dengan jelas membuktikan efek yang amat luar biasa dari suatu harapan dan keyakinan, antusiasme hanya berdasarkan imajinasi, dapat dilakukan pada suatu penyakit.”

Di penghujung 1950-an, saat itu ada keyakinan bila pembedahan untuk mengikat arteri kelenjar susu dapat meredakan penyakit jantung. Untuk menguji Placebo, beberapa pasien mengalami pembedahan lengkap sedang lainnya hanya menerima irisan di kulit, namun tidak ada pembedahan lebih lanjut. Menurut JRSM, “Di kedua percobaan, tingkat penyembuhannya sama.” Perawatan lantas ditinggalkan.

Studi pada 1968 di Pengobatan Psikosomatik menguraikan bagaimana suatu kesan dapat mempengaruhi serangan asma. Peneliti meminta pasien untuk menghisap substansi tanpa label yang diberitahukan pada mereka jika substansi tersebut akan mengganggu asma mereka untuk sementara.

Ketika pasien menghisapnya, “Banyak yang mengalami serangan asma,” jelas Dr. Herbert Benson di Beyond the Relaxation Response. “Mereka mulai mendesah, kesulitan bernafas, dan terengah-engah” meskipun substansi yang mereka hisap adalah larutan garam yang tidak berbahaya. Kemudian, peneliti memberi pasien “penawar racun’ yang dibuat dari larutan garam yang sama persis, dan menyaksikan bila nafas yang mendesah dan berat telah berhenti.

Di 1983 wawancara dengan KCRW-FM, Bapak Terapi Tertawa, Normandia Cousins, membahas artikel di halaman depan LA Times tentang permainan football SMU di mana empat orang menerima makanan yang mengandung racun. Dokter yang menangani kasus ini tidak pasti tentang penyebabnya, sehingga mengeluarkan pernyataan umum untuk menghindari mesin soft drink mandiri. “Saat pengumuman ini dibuat, 191 orang menjadi sangat sakit,” dan pergi ke rumah sakit, cerita Cousins. “Sangat jelas, bahwa otak telah memberi isyarat tertentu pada tubuh, dan tubuh telah memproduksi racun yang menimbulkan penyakit.”

Seorang ahli biologi sel dan peneliti Stanford, Bruce Lipton, Ph.D., menunjukkan beberapa contoh terbaru lainnya mengenai kuatnya pemikiran seseorang. Di dalam bukunya, Biology of Belief tertulis:

Suatu studi di Sekolah Kedokteran Baylor, yang diterbitkan pada 2002 di Jurnal Kedokteran Inggris mengevaluasi tindakan pembedahan pada pasien penderita sakit lutut yang parah. Ketua tim penulis Dr. Bruce Moseley, mengetahui bila pembedahan lutut akan dapat membantu pasiennya: “Semua ahli bedah mengetahui tidak ada efek placebo pada pembedahan.”

Tetapi Moseley mencoba untuk memahami bagian mana dari tindakan pembedahan yang meringankan pasiennya. Para pasien dibagi menjadi tiga kelompok. Pada kelompok pertama, Moseley meng-angkat tulang rawan yang rusak di lutut. Pada kelompok lain, dia membersihkan sendi lutut, menyingkirkan material yang dianggap menyebabkan efek peradangan. Kedua perawatan standar ini biasanya diberikan pada penderita encok lutut. Kelompok ketiga menjalani bedah pura-pura. Ketiga kelompok mendapatkan perawatan paska operasi yang sama, termasuk program pelatihan.

Hasilnya sungguh mengejutkan. Ya, kelompok yang menjalani tindakan pembedahan, seperti yang diharapkan, membaik. Tetapi kelompok yang mendapatkan Placebo juga membaik seperti dua kelompok lain! Terlepas dari fakta ada 650.000 penderita bedah encok lutut setiap tahunnya yang masing-masing menghabiskan biaya sekitar $5.000, hasilnya jelas bagi Moseley, “Keahlian saya sebagai ahli bedah tidak berguna bagi pasien-pasien ini. Tindakan yang membantu hasil pembedahan untuk osteoartritis lutut ini justru efek Placebo.”

Program acara televisi secara nyata menggambarkan hasil yang mengundang perhatian. Acara tersebut menunjukkan anggota kelompok placebo sedang berjalan dan bermain basket, ketika melakukan hal-hal tersebut mereka menyampaikan tidak dapat melakukannya sebelum dilakukan tindakan pembedahan.

Pasien dalam kelompok Placebo tidak mengetahui bila selama dua tahun mereka telah mendapat pembedahan pura-pura. Satu anggota kelompok Placebo, Tim Perez, yang berjalan dengan bantuan rotan sebelum pembedahan, kini mampu bermain basket dengan cucunya. Dia meringkas tema buku ini ketika dia menyampaikannya pada Discovery Health Channel, “Di dunia ini, apapun bisa terjadi jika Anda membulatkan pikiran. Saya mengetahui pikiran Anda dapat menghasilkan keajaiban.”

Sumber: erabaru.net

Tidak ada komentar: