7 Jan 2010

Efek Placebo Bukan Sekadar Dampak Psikologis

Efek placebo ternyata bukan hanya terkait dengan pikiran, tetapi menjangkau hingga ke tulang belakang.

Placebo adalah istilah medis untuk sejenis obat dan sistem pengobatan 'semu'. Orang yang sudah bergantung pada perspektif pengobatan medis tidak dapat menerima dan akan merasa lebih sakit ketika diberitahu bahwa sebetulnya penyakitnya dapat disembuhkan tanpa obat, atau hanya dengan cukup istirahat.

Pasien seperti itu biasanya berangsur-angsur menjadi sehat begitu mendapat suntikan, obat atau dioperasi, meskipun suntikan atau obat itu sebenarnya tidak mengandung sesuatu yang bersifat medis. Misalnya, bahan yang dimasukan melalui suntikan hanya cairan garam, pil berselaput gula, atau bahkan pembedahan tanpa pemotongan organ dalam.

Melalui berbagai kejadian dan percobaan, placebo terbukti menyumbangkan sekitar 35-75% kesembuhan pada pasien dengan beberapa jenis penyakit.

Kesembuhan itu diperkirakan bukan hanya diakibatkan oleh obat placebo, melainkan juga hal-hal lain yang di luar itu.

Sejumlah peneliti dari Jerman mengatakan, penemuan baru bahwa efek placebo juga mejangkau tulang belakang mungkin dapat membantu upaya mencari cara lebih baik untuk mengatasi rasa sakit dan gangguan lain.

Dengan menggunakan teknologi pencitraan modern, para peneliti itu menemukan fakta bahwa keyakinan sederhana pada pengobatan rasa sakit cukup efektif menghambat sinyal sakit di wilayah tulang belakang yang disebut the dorsal horn, yang memberikan mekanisme biologis yang kuat saat 'obat' itu bekerja.

"Ini berakar sangat dalam di area awal sistem syaraf pusat, dan memberikan dampak yang kuat," kata peneliti yang memimpin penelitian itu, Falk Eippert dari University Medical Center Hamburg-Eppendorf kepada Reuters.

Eippert dan sejumah koleganya menggunakan pencitraan resonansi fungsional, atau fMRI, untuk mengamati perubahan pada aktivitas tulang belakang.

Mereka memberikan panas yang menyakitkan ke lengan 15 pria sehat dan membandingkan respon tulang belakang saat mereka berpikir telah diobati dengan krim anestesi atau placebo.

Nyatanya kedua krim itu tidak aktif, tetapi hasil pemindaian fMRI menunjukkan kegiatan syaraf berkurang secara mencolok pada subjek yang merasa yakin mendapatkan anestesi.

Kemampuan obat palsu dengan komponen tidak aktif untuk menghasilkan keuntungan klinis secara nyata itu telah lama membingungkan para dokter dan membuat frustrasi para produsen obat. Para pasien biasanya diberi obat percobaan atau contoh dalam percobaan klinis dan ternyata mereka yang mendapatkan placebo juga membaik, sehingga sulit untuk memastikan apakah obat baru itu berfungsi.

Efek placebo cukup kuat pada pengobatan sistem syaraf, seperti depresi atau rasa sakit. Biasanya, para ahli melihat efek itu sebagai dampak psikologis. Tetapi penelitian baru di Jerman itu merupakan bukti terbaru bahwa ada komponen fisik yang penting.

Namun, apa yang menolak sinyal sakit pada tulang belakang saat placebo diberikan masih belum jelas. Meskipun Eippert menduga sejumlah bahan kimia termasuk opioids, noradrenaline, dan serotonin alami mungkin terkait dengan hal itu.

Dalam jurnal Science, Eippert dan para koleganya menulis bahwa penelitian mereka itu membuka kesempatan baru untuk memperkirakan kemanjuran dan lokasi yang memungkinkan untuk pengobatan baru bagi berbagai bentuk rasa sakit, termasuk rasa sakit yang kronis

Sumber: inilh.com

Tidak ada komentar: