26 Mei 2008

12 Penyakit Mematikan di Abad 20 yang Berhasil Disembuhkan

Menurut Biro Sensus Amerika Serikat, rata-rata harapan hidup pada awal abad 20 adalah 47.3 tahun. Seaabad kemudian, angka tersebut naik menjadi 77.85 tahun karena adanya pengembangan vaksin dan obat laiinya untuk penyakit yang mematikan. Tentunya vaksin dan obat hanya bekerja bila vaksin dan obat diberikan, dimana banyak penyakit yang masih ada di negara-negara miskin dan berkembang. Meski adanya kesuksesan dengan adanya vaksin, hanya satu penyakit yaitu cacar yang sudah benar-benar hilang di dunia. Berikut adalah 12 penyakit yang bisa seluruhnya dihapuskan jika vaksin yang ada cukup tersedia:

1. Cacar air
Sebelum tahun 1995, kasus cacar air adalah menjadi bagian dari anak-anak. Penyakit ini disebabkan oleh virus varicella zoster yang meyebabkan bintik merah dan gatal yang berjumlah bayak pada kulit. Virus menyebar ketika seseorang yang megidap penyakit ini batuk atau bersin, dan orang lain menghirup partikel virus tersebut. Virus bisa juga ditularkan melalui kontak dengan cairan cacar yang melepuh. Sebagian besar kasus bersidat minor, namun untuk lebih gawat, cacar air bisa memicu terjadinya infeksi bakterial, pneumonia dan enchephalitis (terbakarnya otak). Menurut Centers for Disease Control and Prevention (CDC), sebelum vaksin cacar air disetujui untuk digunakan di AS pada tahun 1995, ada 11.000 orang yang dirawat di rumah sakit dan 100 orang yang meninggal setiap tahunnya. Banyak negara yang tidak memerlukan vaaksin ini karena cacar air tidak menyebabkan kematian. Mereka lebih fokus pada vaksinasi untuk penuakit serius lainnya, sehingga penyakit ini masih ada saat ini.

2. Difteri
Difteri adalah infeksi dari bakteri Corynebacterium diphtheriae dan secara umum berefek pada hidung dan tenggorokan. Bakteri ini menyebar melalui udara dan pemakaian barang pribadi bersama-sama. C. diphtheriae menghasilkan toksin di dalam tubuh yang menghasilkan lapisan tipis berwarna kelabu atau hitam pada hidung, tenggorokan dan saluran udara yang juga berefek pada jantung dan system saraf. Bahkan dengan pengobatan antibiotic yang baik, difteri membunuh sekitar 10 persen orang yang terkena. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan bahwa di seluruh dunia terjadi 5.000 kematian karena difteri tiap tahunnya, tetapi penyakit ini cukup jarang di AS, yaitu kurang dari 5 kasus tiap tahun.

3. Flu H. Infasif
Flu H. infasif , atau penyakit Hib, adalah infeksi yang disebabkan oleh bakteri Haemophilus influenzae type b (Hib), yang menyebar ketika seseorang yang terinfeksi batuk, bersin atau berbicara. Flu H. infasif adalah istilah yang salah karena tidak berhubungan dengan bentuk virus influenza apapun. Namun, penyakit ini bisa menyebabkan meningitis bacterial (infeksi otak yang berpotensi kematian), pneumonia, epiglottitis (pembengkakan serius di atas pangkal tenggorokan yang menyebabkan susah bernafas), dan infeksi pada darah, sendi, tulang, dan pericardium (selubung pada jantung). Anak-anak di bawah 5 tahun mudah terkena bakteri Hib karena mereka belum memiliki kekebalan terhadap bakteri ini. Vaksin Hib pertama dilisensi pada tahun 1985, dan ealaupun sukses dikembangkan, penyakit ini masih merata di negara-negara berkembang. WHO memperkirakan setiap tahunnya penyakit Hib menyebabkan 2-3 juta kasus penyakit yang serius di seluruh dunia, sebagian besar adalah pneumonia dan meningitias dan membunuh 450.000 anak anak.

4. Malaria
Penyakit ini disebabkan infeksi parasitis pada hati dan sel darah merah. Dalam bentuknya yang masih ringan, malaria bisa menyebabkan gejala seperti flu dan mual. Dan dalam bentuk yang lebih berat, malaria bisa menyebabkan koma, bertambahnya cairan pada paru-paru, gagal ginjal dan kematian. Penyakit ini ditularkan oleh nyamuk Anopheles betina. Saat nyamuk menggigit, parasit masuk ke tubuh seseorang, menyerang sel darah merah dan menyebabkan sel tersebut pecah. Ketika sel pecah, akan mengeluarkan zat kimia yang menyebabkan gejala-gejala malaria. Sekitar 350 juta – 500 juta kasus malaria terjadi di seluruh dunia setiap tahunnya. Sekitar 1 juta orang meninggal, dengan kematian terbesar adalah anak-anak di daerah sub-Sahara Afrika. Wilayah berisiko tinggi lainnya meliputi Amerika Tengah dan Selatan, India, dan Timur Tengah. Malaria diobati dengan berbagai obat, yang di antaranya membunuh parasit ketika berada di dalam darah, dan yang lainnya mencegah infeksi. Tentunya, jika kita bisa mencegah nyamuk pembawa parasit maka kita bisa menghindari malaria sehingga penyakit ini sering dikendalikan dengan menggunakan penolak nyamuk atau kelambu pada ranjang tidur, khususnya di negara-negara miskin yang tidak bisa memberikan pengobatan.

5. Campak
Campak adalah penyakit system pernafasan yang sangat menular yang disebabkan virus yang menyebar melalui udara pada saat penderita batuk atau bersin. Gejala awal dari campak adalah demam ringan, yang disertai batuk, hidung berair dan mata merah berair. Jika campak berkembang, penderita akan mengalami demam dan ruam kulit berwarna merah atau merah kecoklatan. Komplikasi dari penyakit ini bisa meliputi diare, pneumonia, infeksi otak dan bahkan kematian, walaupun hal tersebut biasanya dijumpai pada orang yang kurang gizi. Campak secara historis adalah penyakit yang merusak, namun WHO melaporkan pada tahun 2006 bahwa tingkat kematian akibat campak menurun dari 871.000 ke 454.000 antara tahun 1999 dan 2004 karena adanya imunisasi. Sampai tahun 1963, saat vaksin campak pertama kali dipakai di AS, hampir semua orang di usia 20 tahun pernah terkena campak. Ada penurunan campak sebanyak 99 persen sejak saat itu, namun perjangkitan terjadi saat penyakit ini menyebar ke luar negeri atau saat anak-anak tidak mendapat vaksin. Kebanyakan anak-anak saat ini menerima vaksin campak sebagai bagian dari vaksinasi MMR yang mencegah penyakit campak, gondok dan rubella (campak Jerman).

6. Pertusis
Batuk rejan, itulah pertusis. Jika kita menjumpai seseorang yang mengidapnya, menjauhlah. Pertusis atau batuk rejan adalah infeksi pernafasan yang sangat menular yang disebabkan bakteri Bordetella pertussis. Batuk akan menyebarkan bakteri dan bisa berlangsung selama semenit atau lebih, sampai menyebabkan anak berwarna ungu atau merah dan kadang-kadang muntah. Lebih parah lagi, akan menyebabkan kurangnya oksigen di otak. Orang dewasa yang mengidap pertusis biasanya berupa batuk pendek. Meskipun penyakit ini bisa menyerang seseorang, lazimnya pada bayi di bawah 1 tahun karena mereka belum menerima seluruh vaksinasi pertusis. Vaksin pertusis pertama kali dipakai pada tahun 1933, namun anak remaja dan orang dewasa menjadi rentan saat kekebalan dari vaksinasi pada masa kanak-kanak berkurang dan mereka tidak memperoleh suntikan tambahan. Menurut CDC, pertusis menyebabkan 10-20 kematian tiap tahun di AS, dan dilaporkan ada 25.000 kasus di tahun 2004. Di dunia, penyakit ini menyebabkan dampak yang lebih besar, sekitar 50 juta orang di seluruh dunia terinfeksi setiap tahunnya, dan WHO memperkirakan sekitar 294.000 kematian tiap tahun. Namun, 78 persen dari bayi di seluruh dunia telah menerima 3 dosis vaksin pada tahun 2004.

7. Penyakit pneumococcus
Penyakit ini adalah kumpulan nama untuk infeksi yang disebabkan oleh bakteri Streptococcus pneumoniae, yangjuga dikenal dengan sebutan pneumococcus. Bakteri ini mendapatkan tempat di seluruh tubuh. Kebanyakan type infeksi disebabkan oleh S. pneumoniae adalah infeksi telinga menengah, pneumonia, bakteremia (infeksi aliran darah), infeksi sinus dan meningitis bakterial. Ada lebih dari 90 type neumococcus, dengan 10 type yang menyebabkan 62 persen serangan penyakit di seluruh dunia. Mereka yang terinfeksi membawa bakteri ini pada tenggorokan mereka dan mengeluarkannya saat batuk atau bersin. Sperti kuman yang lainnya, S. pneumoniae bisa menginfeksi semua orang, namun kelompok yang paling berisioko adalah orang yang mengidap kanker atau AIDS dan orang yang mengidap penyakit kronis seperti diabetes. CDC menyatakan penyakit pneumocuccus ini sebagai penyebab kematian 200 anak-anak di bawah 5 tahun setiap tahunnya di AS. WHO memperkirakan setaip tahunnya penyakit pneumococcus berperan dalam 1 juta kasus penyakit pernafasan yang mematikan, kebanyakan terjadi di negara berkembang. Ada 2 type vaksin yang tersedia untuk mencegah penyakit pneumococcus, dimana CDC merekomendasikan anak-anak dan orang dewasa di atas 65 tahun untuk mendapatkannya.


8. Polio

Penyakit ini disebabkan oleh virus yang masuk ke tubuh melalui mulut, biasanya dari tangan yang tercemar oleh kotoran penderita polio. Sekitar 95 persen kasus, polio tidak menunjukkan gejala sama sekali (asymptomatic polio), dan sisanya, penyakit ini bisa berupa 3 macam jenis.

Abortive polio dengan gejala seperti flu, seperti infeksi pernafasan atas, demam, sakit tenggorokan, dan rasa tidak enak badan pada umumnya. Nonparalytic polio adalah yang lebih serius dan memiliki gejala mirip meningitis ringan, meliputi sensitivitas terhadap cahaya dan pegal-pegal pada leher. Akhirnya, paralytic polia dengan gejala yang seperti kita lihat dari penyakit ini, walaupun paralytig polio berjumlah kurang dari 1 persen dari semua kasus. Paralytic polio menyebabkan hilangnya kontrol dan lumpuhnya anggota badan, refleks, dan otot. Sekarang, polio telah berhasil diatasi dan otoritas kesehatan dunia mengontrol penyakit ini dengan baik di negara-negara berkembang. Inactivated Polio Vaccine (IPV)-nya Dr Jonas Salk dikenalkan pertama kali pada tahun 1955, dan Oral Polio Vaccine (OPV)-nya Dr. Albert Sabin pertama kali muncul pada tahun 1961. Anak-anak di AS menerima IPV, tetapi sebagian besar anak-anak di dunia menerima OPV yang lebih murah.

9.Tetanus
Sel reproduksi (spora) dari Clostridium tetani yang ada di tanah dan masuk ke tubuh melalui luka pada kulit. Saat spora berkembang menjadi bakteri dewasa, bakteri menghasilkan tetanospasmin, yaitu sebuah neurotoxin (protein yang meracuni sistem saraf tubuh) yang menyebabkan kejang pada otot. Tetanus dijuluki 'lockjaw” atau kejang mulut, karenal dari toksin yang sering menyerang otot yang mengontrol rahang. Lockjaw disertai oleh sulitnya menelan dan rasa pegal pada leher, bahu dan punggung. Kejang tersebut kemudian menyebar ke otot-otot perut, lengan atas dan paha.

Menurut CDC, tetanus menyebabkan kematian 11 persen dari kasus yang ada, namun untungnya tetanus tidak menular dari orang ke orang. Saat ini, imuniasi tetanus menjadi standar di AS, tapi jika kita terluka yang bisa menyebabkan tetanus (seperti menginjak paku berkarat, tersayat pisau, atau digigit anjing), suntukan tambahan perlu diberikan jika hal itu terjadi beberapa tahun sejak kita mendapatkan suntikan tetanus terakhir.
Menurut CDC, sejak tahun 1970-an, hanya sekitar 50 – 100 kasus tetanus yang dilaporkan di AS tiap tahun, kebanyakan terjadi pada orang-orang yang belum pernah divaksinasi atau disuntik tambahan. WHO menyatakan bahwa di seluruh dunia ada sekitar 15.500 kasus tetanus pada tahun 2005.

10. Demam Typhoid
Thypoid menyebar melalui makanan atau minuman yang terinfeksi Salmonella Typhi, kebanyakan melalui kontak dengan kotoran dari penderita. Saat bakteri thypoid masuk ke aliran darah, tubuh melakukan pertahanan yang menyebabkan demam tinggi, sakit kepala, sakin perut, lemas dan nagsu makan menurun.
Orang yang menderita thypoid memiliki ruam bintik merah. Karena sistem pembuangan tinja cukup bagus, penyakit ini jarang terjadi di AS dan CDC melaporkan hanya 400 kasus setiap tahun. Namun, orang yang tinggal di negara berkembang dengan sistem air dan pembuangan tinja yang kurang bagus, atau dimana mencuci tangan tidak lazim dipraktekkan, akan berisiko tinggi. Area demam thypoid utama adalah di Afrika, Asia, Karibia, India, Amerika Tengah dan Selatan.

WHO memperkirakan 17 juta kasus terjadi di seluruh dunia dengan 600.000 kematian tiap tahunnya. Meskipun adanya statistik yang mengerikan, vaksin untuk thypoid telah tersedia bagi orang yang berkunjung ke daerah berisiko tinggi, dan penyakit ini bisa diobati secara ekektif dengan antibiotik. Tanpa pengobatan, demam akan berlanjut selama beberapa minggu atau bulan, dan bisa menyebabkan kematian


11. Yellow Fever

Yellow fever disebarkan oleh nyamuk yang terinfeksi virus yellow fever. Jaundice, atau menguningnya kulit dan mata, adalah tanda-tanda infeksi yang menjadi sebutan untuk penyakit ini. Kebanyakan kasus yellow fever adalah ringan,dan butuh waktu hanya 3-4 hari untuk sembuh, namun kasus yang serius bisa menyebabkan perdarahan, masalah jantung, gagal liver atau ginjal, disfungsi otak, dan kematian.

Orang yang terkena penyakit ini bisa mengurangi gejalanya, namun tidak ada obat khusus, sehingga pencegahan melalui vaksin yellow fever menjadi kuncinya, Vaksin ini memberikan kekebalan dari penyakit selama 10 tahun atau lebih dan biasanya aman bagi setip orang yang berumur lebih dari 9 bulan.

Yellow fever terjadi hanya di Afrika, Amerika Selatan dan beberapa area di Karibia sehingga pengunjung yang akan masuk ke wilayah tersebut perlu memperhatikannya. WHO memperkirakan ada 200.000 kasus setiap tahunnya, dan 30.000 di antaranya meninggal.


12. Smallpox (Cacar)

Tidak seperti penyakit-penyakit lainnya yang sudah dijelaskan, dimana masih terjadi perjangkitan saaat kewaspadaan vaksinasi melemah, cacar telah hilang dari bumi, kecuali untuk sampel virus yang disimpan di alboratorium di AS dan Rusia untuk tujuan penelitian. Gejala cacar adalah demam tinggi, sakit pada kepala dan tubuh, tidak enak badan, muntah dan munculnya bintik merah yang berkembang menjadi luka yang bisa pecah dan menyebarkan virus. (Virus bisa juga menyebar melalui kontak dengan pemakaian barang, pakaian dan tempat tidur secara bersama). Cacar sepenuhnya adalah penyakit manusia dan tidak menyerang binatang atau serangga. Karenanya, sekali vaksinasi akan menghilangkan peluang virus untuk menyebar pada populasi manusia, dan kemudian penyakit ini musnah. AS sudah tidak melakukan vaksin cacar sejak 1972.

Meski cacar merupakan penyakit paling membunuh dalam sejarah manusia, membunuh lebih dari 300 juta orang di selruh dunia selama abad 20, para ilmuwan menyatakan bahwa dunia telah bebas cacar pada tahun 1979. Namun ketakutan masih ada, karena sampel cacar masih digunakan untuk senjata biologis.

Sumber: Howstuffworks.com

Tidak ada komentar: