13 Mei 2008

Lima Langkah Untuk Meredakan Kemarahan Pada Anak

Kemarahan adalah hal yang normal. Tetapi, cara Anda mengatasi kemarahan pada anak Anda adalah hal yang sangat penting. Berikut adalah beberapa saran.

Langkah Pertama: Sadari bahwa Anda merasa marah.

Bila Anda dapat mengenali tanda-tanda awal kemarahan, Anda akan memiliki waktu untuk berhadapan dengan perasaan Anda, sebelum hal itu menjadi sesuatu yang menghancurkan. Tanda peringatan tersebut termasuk perasaan panas, dingin, kaku, otot-otot menegang, perut yang bergolak atau keinginan untuk menangis. Apabila Anda memperhatikan peringatan awal ini, Anda dapat menyadari bahwa kemarahan dapat segera datang.

Langkah Kedua: Alihkan diri Anda dari kemarahan.

Kemarahan selalu mengeluarkan energi fisik. Suatu pengalihan membantu untuk mengurangi ketegangan. Berikut ini adalah contoh pengalihan yang dapat Anda lakukan: berjalan-jalan, berlari, memukul bantal, mandi, bernyanyi, mengambil napas panjang sebanyak 10 hitungan, menghitung angka keras-keras, memainkan alat musik, memperkatakan ayat-ayat Alkitab, menghubungai seseorang, menonton program TV yang lucu.

Langkah Ketiga: Kenali hal yang menyebabkan Anda marah.

Bertanyalah pada diri sendiri mengenai kondisi fisik Anda: Apakah saya lelah? Apakah saya butuh berolah raga? Apakah saya makan terlalu banyak atau makan makanan yang salah? Kemudian, tanyakan pertanyaan tentang kondisi psikologis Anda: Apakah saya sedang berpikir buruk tentang sesuatu? Apakah saya sedang kuatir? Apakah anak saya meniru kebiasaan buruk saya? Terakhir, amati keadaan spiritual Anda: Apakah saya sedang tidak mempercayai Tuhan? Apakah ada dosa yang belum diakui? Apakah saya perlu mengampuni seseorang?

Langkah Keempat: Analisa pemikiran Anda mengenai hal-hal yang tidak benar.

Kita sering menjadi marah karena kita menganggap bahwa suatu hal adalah benar, padahal tidak. Anggapan seperti ini memutarbalkkan pemikiran kita. Daripada melakukan hal itu, lebih baik kita mendasari tindakan dan perilaku pada nilai-nilai kebenaran. Menghentikan evaluasi pemikiran kita dengan menganalisa Alkitab dan dengan berbagai ide dengan orang lain akan membantu mengidentifikasi anggapan yang salah. Sekali kita melakukan hal ini, kemarahan tidak lagi memiliki bahan bakar. Berikut ini adalah beberapa pemikiran yang salah:

“Menjadi aman secara finansial akan membuang segala masalah saya.”

“Apabila suami mau bekerja sama dengan saya, saya akan berbahagia dan puas.”

“Karena saya melakukan terlalu banyak kesalahan, anak-anak saya tidak dapat bertumbuh menjadi orang dewasa yang sehat secara emosional.”

“Apabila saya tidak mempunyai anak, saya dapat lebih bahagia dan memiliki lebih sedikit masalah.”

Langkah Kelima: Keluarkan kemarahan secara tepat.

Hal ini berarti menggunakan “pesan saya” daripada “pesan Anda”. “Pesan Anda” mengekspresikan kesalahan seperti “Kamu membuat saya marah.” Hasil dari “pesan Anda”, orang lain biasanya merespon secara defensif dan tidak terbuka untuk mendengarkan perasaan atau pemikiran kita mengenai penyelesaian masalah.

Di lain pihak, “pesan saya” mengekspresikan perasaan kita tanpa memberi tahu orang lain apa yang perlu dilakukan (kecuali dia bertanya). “Pesan saya” mengekspresikan kebutuhan kita dan mungkin lebih kondusif bagi seseorang yang benar-benar mendengarkan. Contohnya, “Saya merasa marah bila kebutuhan saya diabaikan.”

Selain mengawasi pemakaian kata-kata, kita perlu mengamati motivasi kita. Kita tidak perlu menggunakan “pesan saya” untuk berusaha mengubah orang lain. Tetapi, kita perlu secara jujur berbagi perasaan apabila mempercayai Tuhan untuk mengontrol orang-orang dan keadaan.

“Pesan saya” adalah lebih efektif untuk digunakan kepada orang dewasa lainnya, bukan bagi seorang anak.Hal ini akan membantu kita menghindari salah penempatan dalam mengarahkan kemarahan kita dari seorang dewasa kepada seorang anak. Bagi seorang anak, perlu menggunakan ‘konsekuensi tertentu bagi ketidaktaatan mereka’ untuk melatih mereka. Kita juga dapat menyatakan kemarahan kita dengan menghubungi seorang teman, konselor profesional, atau pendeta. Kita dapat berbagi perasaan dalam suatu kelompok pendukung yang aman atau menuliskannya di dalam sebuah jurnal.

Sumber: Jawaban.com

Tidak ada komentar: