24 Mei 2008

Flu Burung


Photo courtesy
CDC
Virus influenza

Avian flu atau flu burung adalah penyakit sangat mematikan, yang membunuh populasi burung di beberapa tempat di dunia. Pada bulan Oktober 2005, penyakit ini telah masuk ke Eropa Timur, sebagian besar melalui migrasi burung. Kemudian berlanjut menyebar ke seluruh Eropa, dan pada bulan Pebruari 2006 bergerak ke Afrika. Meskipun virus ini tidak dengan mudah menginfeksi manusia, lebih dari setengah orang yang terkena telah meninggal dunia.


Sebenarnya, apakah flu burung itu? Apa perbedaanya dengan flu biasa? Bagaimana flu ini mengancam manusia? Apa yang dilakukan pemerintah untuk menghentikannya?


Dalam artikel ini, kita akan mereview dasar-dasar mengenai virus dan influenza, den mempelajari avian flu termasuk apakah avian flu bisa menyebabkan epidemi flu secara global.


Virus dan Influenza

Partikel virus -atau virion- adalah sebuah paket mikroskopis yang mengandung material genetis yang terbungkus dalam lapisan protein. Beberapa virus juga mempunyai membran lipid di sekeliling protein. Virus tidak bisa bereproduksi secara sendiri, tapi harus meyerang sel inang. Proses ini merusak sel dan membuat orang sakit.





Virus biasanya masuk ke dalam tubuh manusia atau hewan melalui mulut, selaput lendir atau luka pada kulit. Kemudian, virus akan menginfeksi sel khusus. Saat bereproduksi, virus akan menyerang sel inang dan melepaskan copy virus untuk menyerang sel lain. Beberapa virus lebih stabil dari virus lain, tapi secara umum virus sering bermutasi dan kadang membuat para dokter kesulitan menanganinya.

Influenza adalah type virus yang menyerang sistem pernafasan dan menyebabkan demam, sakit tenggorokan dan pilek. Jika menyerang otot, juga akan menyebabkan sakit otot.


Ada beberapa type virus influenza: type A, B dan C. Bermacam subtype berada di dalam type-type tersebut, dan bermacam strain/bibit berada dalam tiap subtype. Seperti kebanyakan virus, influenza bisa bermutasi melalui penyimpangan antigenis (perubahan kecil yang terjadi ketika virus bereproduksi) atau perubahan antigenis (perubahan besar yang menghasilkan subtype virus baru).


Virus influenza memiliki 8 segmen gen. Saat dua type influenza yang berbeda bertemu satu sama lain, mereka dapat bertukar segmen DNA. Hal ini akan menghasilkan bibit-bibit virus yang baru, beberapa di antaranya bisa mematikan. Para ilmuwan percaya bahwa dua pandemi flu yang terakhir terjadi setelah bibit influenza manusia memperoleh gen dari virus avian flu.


Subtype Influenza A


Subtype influenza A dinamakan untuk surface protein yang disebut hemagglutinin (HA) dan neuraminidase (NA). Ada 16 subtype HA dan 9 subtype NA. Karena itu virus influenza A memiliki nama seperti:

  • H1N1: "Spanish" flu, yang membunuh 50 juta penduduk dunia dari tahun 1918 - 1919 (para ilmuwan mengidentifikasi protein-proteinnya jauh setelah pandemi berakhir)

  • H2N2: "Asian" flu, yang menyebabkan pandemi dari tahun 1957 - 1958

  • H3N2: "Hong Kong" flu, yang menyebabkan pandemi dunia pada tahun 1968


Avian Flu

Menurut United States Center for Disease Control and Prevention (CDC), burung-burung memiliki setiap subtype influenza A. Ketika para ilmuwan membicarakan avian flu, yang dimaksud adalah varietas yang ada pada sebagian atau seluruh burung, tidak pada manusia. Burung tidak bisa menularkan flu secara langsung kepada manusia, tetapi terlebih dulu menginfeksi babi dan binatang lain yang bisa mengidap baik bibit flu manusia maupun avian flu. Ketika bibit-bibit tersebut bertemu satu dengan yang lain, maka akan menghasilkan bibit baru yang menginfeksi manusia.


Burung-burung liar membawa avian flu dalam usus mereka dan menjatuhkannya dalam kotoran, tapi burung-burung tersebut tidak terkena sakit kerenanya. Namun burung-burung lokal bisa terkena sakit setelah mengalami kontak dengan air, makanan atau tanah yang telah tercemar. Burung-burung lokal ini menyebarkan penyakit satu dengan yang lain melalui air liur, sekresi atau kotoran.


Avian flu bisa berupa low pathogenic maupun high pathogenic. Bibit low pathogenic menyebabkan gejala yang sangat ringan seperti mengkerutkan bulu dan menurunkan jumlah produksi telur. Bibit high pathogenic bisa mematikan, dengan tingkat kematian yang sering mencapai 100%. Burung yang bertahan hidup bisa terus meyebarkan virus melalui kotorannya 10 hari setelah sembuh, dimana akan membantu virus untuk terus menyebar.


Para peternak bisa melindungi burung piaraan mereka dari avian flu dengan mengikuti praktek biosecurity. Untuk memperlambat penyebaran bermacam bibit virus avian flu, peternak mendisinfeksi pakaian dan sepatu serta perlengkapan peternakan lainnya. Mereka juga perlu mengkarantina burung yang bisa terinfeksi dan menjaga burung piaraan dari burung liar. Peternak tidak hanya melindungi burung atau lingkungan sekitarnya, tetapi juga melindungi kesehatan manusia. Pada kasus yang jarang, avian flu bisa menyebar ke manusia. Orang tidak memiliki kekebalan terhadap bibit avian flu, sehingga virus-virus tersebut bisa mematikan.


Menginfeksi Spesies Lain


Pada tahun 2004, avian flu H5N1 menginfeksi dan membunuh harimau, macan tutul dan kucing


Avian Flu H5N1

Tahun 1997, petugas kesehatan di Hong Kong melaporkan adanya bibit avian flu yang mematikan. Pertama kali, virus berpindah secara langsung dari burung ke manusia selain berpindah melalui spesies kedua. Virus yang menyebabkan gejala flu typikal dan juga menyebabkan infeksi mata, pneumonia dan bahaya pernafasan akut. Dilaporkan bahwa bibit virus influenza A H5N1 ini, sepenuhnya baru bagi manusia.


18 orang terinfeksi virus dan dirawat ke rumah sakit, 6 di antaranya meninggal dunia. Pemerintah Hong Kong, yang diperingatkan adanya ancaman pandemi yang potensial, melakukan langkah-langkah drastis. Dalam waktu kurang lebih 3 hari, pemerintah membunuh 1.5 juta burung, seluruh populasi ternak yang ada di negara tersebut. Meskipun terlihat berlebihan, banyak ahli kesehatan yang meyakini aksi ini telah mencegah pandemi influenza.


Bibit H5N1 tidak muncul lagi sampai tahun 2003. Kemudian, petugas pemerintah di Vietnam dan Thailand melaporkan infeksi pada manusia dan burung. Beberapa orang terkena penyakit, dan sebagian besar dari mereka melakukan kontak langsung dengan burung yang terinfeksi. Pada Desember 2004, penyakit ini menyebar ke Indonesia dan Kamboja. Sekitar setengah dari jumlah orang yang terkena virus, meninggal dunia.


Pada saat yang sama, petugas pertanian melaporkan terjadinya infeksi besar-besaran pada burung. Sekitar 100 juta burung mati di Asia dan pada awal 2004, sebagai akibat penyakit tersebut maupun akibat bagian dari usaha untuk menghentikan penyebarannya. Perjangkitan terus terjadi di beberapa negara Asia. Pada Oktober 2005, penyakit tersebut menyebar ke Eropa Timur, karena migrasi burung. Bulan Januari selanjutnya, beberapa orang di Turki terkena penyakit ini, sebagian besar karena melakukan kontak dengan burung yang telah mati. Petugas kesehatan menemukan bahwa burung di Nigeria terinfeksi penyakit ini pada Pebruari 2006.


Area Berisiko Tinggi


Menurut United States Center for Disease Control and Prevention, influenza H5N1 dilaporkan banyak ditemukan di peternakan di Asia Tenggara. Pada Oktober 2005, penyakit ini menjadi endemik di Kamboja, China, Indonesia, Thailand dan Vietnam [Sumber: CDC]. Pengunjung ke negara tersebut harus menghindari kontak dengan burung liar maupun piaraan dan berada jauh dari peternakan dan pasar dengan udara terbuka yang menjual ternak hidup.


Pandemik Global

Saat ini, virus flu H5N1 paling menjadi ancaman bagi burung, khususnya di Asia. Ancaman terbesar bagi kesehatan manusia dan potensi terhadap penyebaran penyakit ini juga berada di Asia, dimana banyak keluarga pedesaan yang memiliki ayam piaraan yang bebas berkeliaran dekat dengan manusia. Namun petugas kesehatan melaporkan bahwa penyakit ini menjadi semakin kuat dan semakin menular, dan mereka cemas jika penyakit ini bermutasi dan menjadi ancaman yang lebih besar bagi manusia.



Jika avian flu berada di udara dan berpindah ke manusia, maka akan menginfeksi manusia dengan cara yang sama seperti flu biasa.


Jika virus memiliki kemampuan untuk menginfeksi manusia secara lebih mudah dan berpindah dari satu orang ke orang yang lain, maka akan menyebabkan sebuah pandemi. Para ilmuwan memperingatkan bahwa sebuah pandemi flu adalah tidak terelakkan. Tak seorang pun bisa memprediksi kapankah pandemi bisa menyerang atau apakah influenza H5N1 yang menjadi penyebabnya.


Para petugas kesehatan di AS, Eropa dan negara barat lainnya saat ini membantu negara-negara Asia dalam menangani avian flu dan mencegah penyebaran lebih luas. Langkah-langkah yang mereka lakukan untuk mencegah pandemi meliputi:

  • Mengandangkan atau membunuh burung yang terinfeksi

  • Menasihatkan masyarakat yang memelihara ternak untuk melakukan praktek biosecurity dan hygiene yang layak. Makin banyak orang yang terjangkit virus, maka penyakit ini akan bermutasi menjadi lebih berbahaya.

  • Mengelola vaksin flu biasa bagi masyarakat yang memelihara ternak. Serangan flu biasa tidak menyediakan perlindungan terhadap avian flu, namun seorang yang terinfeksi kedua jenis flu pada saat yang sama, akan memberikan kemungkinan kepada virus untuk mengubah materi genetik.

  • Memonitor burung liar dan piaraan terhadap tanda-tanda infeksi.

  • Mengembangkan vaksin avian flu H5N1.

  • Melarang impor burung dan mengkarantina hewan piaraan yang berasal dari negara yang terinfeksi.

  • Merekomendasikan peternak untuk mengandangkan ternak dan binatang lain. Misalnya, petugas di Inggris pada bulan Pebruari 2006 menetapkan untuk mengandangkan burung gagak yang biasa hidup di Tower of London.

Banyak negara yang juga memiliki rencana mengisolasi pengunjung yang terinfeksi dan mengkarantina orang yang telah bepergian dengannya.


Flu Burung Karena Makan Daging Ayam?


Banyak orang yang bingung apakah dengan adanya penyebaran flu burung berarti mereka sebaiknya berhenti makan daging ayam. Jawabannya adalah TIDAK. Cara memasak yang benar akan membunuh virus flu ataupun bakteri (seperti salmonella) yang mungkin berada di dalam daging ayam.


Namun, kita sebaiknya secara kontinyu mengikuti prosedur standar saat menangani daging ayam mentah. Perlengkapan dapur yang dipakai untuk memasak selalu di-disinfeksi dengan benar. Alat potong yang dipakai untuk memotong ayam jangan dipakai untuk sayur atau makanan yang dimakan mentah lainnya.


Sumber: Howstuffworks.com


Tidak ada komentar: